Meyakini dan dipaksakan untuk merasa yakin itu beda. Meyakini itu adalah merasakan dengan sejujur-jujurnya bahwa sesuatu itu benar adanya. Demikian pula dengan iman dalam hal ini yakin akan adanya dimensi akherat. Iman bukan dipaksakan untuk dipercayai, namun dicari. Sehingga iman yang ada dalam dada adalah iman yang alami
Semua orang beragama itu mempunyai iman masing-masing. Termasuk muslim. Namun jangan salah, keimanan dalam islam juga kudu dicari seiring proses. Tidak bisa asal-asalan yakin.
Pertanyaan
"Yakinkah anda akan hari akherat"
Maka akan dibalas "yakin".
"Beneran yakin". Maka akan dibalas, "beneran Insya Allah". "YAKIIINN...." maka akan dijawab barangkali begini, "Gimana ya? Kata ustadz dan guru saya kudu yakin". Nah lho? Jawabannya kalau pertanyaannya agak dipertegas agak bernuansa ragu-ragu.
"Buktinya apa kalau akherat itu ada? Emang pernah melihat? Emang pernah ke sana?"
Semakin kritis pertanyaan maka akan semakin ragulah kita-kita yang masih dalam tahap belajar ini. Namun saya tidak akan membahas hal ini secara detail. Pada intinya sama-sama belajar, supaya keimanan yang kita dapatkan adalah keimanan yang natural.
Artikel kali ini adalah membahas tentang penyesalan kaum kafir, alias golongan yang tidak percaya akan adanya akherat. Diberitakan bahwa mereka akan menyesal setengah mati karena melihat dimensi akherat dengan sangat nyata. Mereka sudah membayangkan dosa2 mereka dan azab yang akan diterima.
Allah swt berfirman,
Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya
(tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berfirman Allah:
"Bukankah (kebangkitan ini benar?" Mereka menjawab: "Sungguh benar, demi
Tuhan kami". Berfirman Allah: "Karena itu rasakanlah azab ini,
disebabkan kamu mengingkari(nya)". (QS Al An'am: 30)
Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka
dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan
tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap
kelalaian kami tentang kiamat itu !", sambil mereka memikul dosa-dosa di
atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu. (QS Al An'am: 31)
Sudah dibaca ayatnya? Bagi muslim paling tidak ancaman ini membuat takut. Salah satunya takut berbuat dosa supaya tidak memanggul dosa yang besar di akherat kelak. Namun jangan cuma takut doang. Tetap kita kudu belajar.
Belajar itu bisa dari pertanyaan2, misalnya
> Kita sebelum ada di bumi dalam bentuk apa ya? Lalu dimana?
> Kita hidup untuk apa sih? Kemudian setelah mati apa kemudian selesai, atau ada yang lain?
> Gimana cara mengenal Tuhan ya? Gimana cara merasakan kehadiran_Nya?
> Kalau akherat itu memang ada, bagaimana cara supaya kita bisa meyakininya dengan benar
> Benarkah setelah mati kita akan dibangkitkan?
> Memang benar ada dimensi kubur ya?
> Kalau memang surga dan neraka itu memang ada, bagaimana cara kita meyakininya?
Dan pertanyaan2 lain yang jawabannya kadang kala beda-beda. teruuuuusss saja belajar sampai menemukan keimanan yang benar.
"Terus jawabannya apa?"
Sekali lagi belajar. Jawabannya ada dalam diri sendiri. Masalahnya mau nggak belajar? Jangan sekedar mencontek orang, nanti malah tidak akan bisa meraih keimanan.
Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment