27.9.15

Kemuliaan Islam Lebih Besar dari Sekedar Khilafiah

Dunia itu hanya sementara alias tidak kekal. Semua orang juga tahu akan hal ini. Dunia itu hanya permainan dan senda gurau belaka. Maknanya ya itu tadi, yakni hidup yang sementara saja. Oleh karena itu kita semua jangan sampai terpedaya dengan kehidupan dunia. Jangan sampai larut dalam kesenangan yang menipu ini.

Allah swt berfirman,



Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka [A]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al An'am: 32)

Keterangan:
[A] Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.

Dalam hal ini ada yang mengartikan kalau dunia itu hanya maina-main, oleh karenanya jangan mikirin dunia. Hidup apa adanya tidak apa2 yang penting kehidupan akherat.

Benar banget sih? Namun kdengarannya atau rasa-rasanya ada nada2 sumbang disini. Apakah anda merasakannya juga?

Saya fikir mayoritas ummat Muslim paham, bahwa kehidupan dunia itu tidak kekal. Cuman ada yang paham namun nggak kuat godaan dunia, ada yang kuat. 

Saya melihat banyak orang yang sebenarnya bisa dan ahli tentang ilmu agama, lalu kemudian mereka asyik dengan ibadahnya sendiri. Bahkan kesannya keluarga ditelantarkan karena saking prihatinnya. Jika keluarga sendiri ditelantarakan apatah dengan orang lain?
  • Mau tetangga sedang lapar mereka kayaknya tidak peduli. Bagaimana peduli? Keluarganya sendiri saja sedang susah.
  • Mau negara hancur juga demikian. "Salahnya sendiri karena keliru pilih pemimpin". Ya nggak gitu juga kali.. Saudara kita melakukan kesalahan, tugas kita berdakwah dengan kebijaksaan.
  • Ketika saudara Papua, Rohingnya, Palestina, Mesir, Suriah, dan dibelahan bumi lainnya sedang ditindas kayaknya juga tidak peduli.

Ini perasaan saya sih, dan sangat bisa salah... Karena saya sedang dalam proses belajar, dan masih awam tentang fikih dan ilmu agama yang lain. Memang cuma perasaan saya saja, namun Saya mengatakan demikian karena melihat meskipun cuman sekedar kulitnya saja.

Memang dari segi ibadah kita kalah jauh, barangkali begitu. Namun ada yang dilupakan yakni kondisi ummat yang saat ini sedang dalam lembah jahiliah dan penindasan disana-sini. Mau tidak mau kita kudu ikut tanggung jawab akan keadaan ummat yang sudah sangat lemah dan bertambah-tambah.

Mereka memang sering melakukan komunikasi akan pentingnya persatuan dan khilafah. Namun yang saya lihat, jika ada perbedaan sedikit saja mereka malah menjauhi. Mereka bilang kudu bersatu, namun beda qunut saja sudah nggak mau akur. Ini khan lucu..

"Janganlah menghidup-hidupkan bid'ah. Saya khan berpegangan bahwa qunut itu Bid'ah, sementara bid'ah itu jatahnya neraka"

Itulah kurang lebih alibi atau pembelaan mereka. Kalau begitu caranya, maka sampai kiamat ummat ini nggak akan bersatu. Karena masing2 mempunyai pegangan/ hujjah. Kalau kemudian masing2 merasa benar sendiri sementara yang lain salah, saya takut secara tidak sadar ada kesombongan dalam hati masing2. Padahal sebiji zarah kesombongan itu sudah sangat bahaya.

"Mereka khan suka menyembah kubur. Mereka itu musrik, dan saya tidak mau berteman dengan orang musrik meskipun dia labelnya kyai"

Waduuuh makin dalam ini. Saya tidak tahu apakah mereka menyembah kubur atau bukan. Karena yang saya tahu mereka mengatakan tidak demikian. Hanya supaya mendapatkan energi atau berkah atau sugesti atau motivasi agar orang yang suka ziarah di makam wali misalnya, kemudian bisa menjadi manusia sholeh sebagaimana wali tersebut.

Yang saya tahu mereka mengaku Tuhan nya Allah, nabinya Mumammad saw dan kitab sucinya Al Qur'an. Kalau begitu yang saya tahu mereka adalah saudara kita semua terlepas apapun penafsiran dan mazhabnya.

"Mereka cuma ngikutin apa kata kyai. Itu taklid buta dan menyesatkan. Jangan keras kepala dan mengikuti budaya musrik nenek moyang dahulu kala" 

Saklek amat sih? Anda ngutip salah satu ayat Al Qur'an ya? Hehehe. Sebab turunnya itu untuk orang musrik murni, kenapa dibawa-bawa kepada ummat muslim yang katakanlah abangan? Mereka yakni muslim abangan juga sedang dalam proses belajar kok.

Mereka belajar, saya belajar dan anda pun juga masih dalam proses belajar. Belum ada kata lulus, atau benar2 lulus sebelum ajal tiba. Kalau ajal sudah tiba barulah penilaian dimulai.

Hati2 lho? Jangan memvonis bahwa kyai dan kyai sebelum2nya itu musrik karena menyarankan ziarah kubur misalnya. Kalau benar tuduhannya maka itu termasuk ghibah yang tidak diperbolehkan. Apalagi kalau salah, waaah bisa bahaya kuadrat.

Coba cek dalam hatimu, apakah ada kecenderungan memvonis demikian atau tidak, saya tidak tahu. Jagalah hati, kata Aa' Gym.

"Tetap saya tidak bisa mentolerir. Saya hanya mengimani apa yang ada dalam Al Qur'an dan Sunnah. Diluar itu bid'ah"

Kalau berdebat tentang hal ini saya nyerah deh. Tetapi kalau diskusi dengan santun ayo. Bagi saya kita semua sependapat bahwa Al Qur'an dan Sunnah adalah panduan hidup kita bersama. Itulah kebenaran mutlak dan otentik yang kudu dipegang sekarang dan selamanya.

Sekali lagi ini masalah perbedaan penafsiran. Beda penafsiran karena isi kepala dan kecerdasan masing2 orang itu beda2. Jika kita diminta menafsirkan "Gajah" maka akan didapatkan ribuan penafsiran. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat gajah tersebut.

Yah sudahlah.. Pandangan orang memang beda-beda, apalagi penafsiran. Satu sumber yang sama bisa beragam penafsiran. Cuman kemudian ada yang mahfum dengan perbedaan ini, ada yang nggak mau menyikapi perbedaan dengan bijaksana.

Bagi saya sesama muslim itu saudara, terlepas mereka buodoh sekalipun. Tugas kita adalah berdakwah dengan hikmah dan kebijaksanaan, bukan memvonis. Sebab sudah ada yang menilai dan memfonis keadaan dan hati masing2 manusia. Dia adalah Malaikatnya Allah swt.

Dan bagi saya, musuh kita bersama bukanlah muslim penyembah kubur misalnya. Atau muslim bercelana cingkrang dan berjenggot lebat. Bukan itu.. Namun kaum kafir dan musrik sejati yang benar2 memusihi Islam.

Mereka tak henti2nya mengadakan permusuhan dan dengan segala daya upaya hendak menghancurkan agama Allah ini. Mereka dengan segala kekuatannya hendak mengkotak-kotakkan muslim dan hendak mencerai beraikannya.

Celakanya mereka yakni kaum kafir Yahudi dan Nasrani, serta kaum musrik sudah sukses melakukannya. Sukses menjadikan ummat islam lemah dan bertambah lemah. Sementara kita asyik ibadah sendiri2 dan mengindahkan saudara kita lainnya sedang ditindas.

Jangan sampai ketika ada saudara kita yang dibantai, disembelih, diusir dan dizalimi namun kita mengatakan, "Nggak apa-apa, mereka itu penyembah kubur". Waduuuh bisa kacau dunia persilatan. Dimanakah hati dan kemanusiaan kita? Dimanakah empati kita?

######################################################

Namun sekali lagi, ya sudahlah..... Yang jelas saya mencintai sesama muslim terlepas dia buodoh, abangan, ataupun cerdas dan pintar tak terkecuali. Saya mencintai saudara sesama muslim terlepas apapun golongan dan mazhabnya, asalkan tidak keluar dari sendi utama islam. Kalau golongan yang acuannya diluar Al Qur'an dan Sunnah itu lain urusan.

Kalau memang pendapatnya gitu, kalau memang beda2 ya tidak ada masalah. Namun kalau saya sendiri dari sekarang dan seterusnya akan berjuang dalam rangka persatuan ummat. Sekecil apapun itu tetap kerangkanya adalah persatuan dan persaudaraan atas nama tali Allah. Kalau kemudian ada perbedaan maka itulah sunnatullah yang pasti adanya.

Nggak ada urusan dengan perbedaan dan khilafiah. Yang ingin saya lihat adalah kemuliaan islam wal muslimin dalam skala global. Dan saya akan berjuang merealisasikannya. Insya Allah

Wallahu A'lam



No comments:

Post a Comment