18.9.14

Sejarah Bukit Shofa dan Marwah

Shofa dan Marwah adalah dua bukit yang terletak di Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi tempat melaksanakan ibadah sa'i dalam ritual ibadah haji dan umrah. Shofa dan Marwah adalah Syiar-Syiar Allah dan merupakan 2 tempat yang bersejarah dan memiliki sejarahnya sendiri yang penuh hikmah.

Bahkan sekarang nama Shofa dan Marwah banyak berubah menjadi nama anak (nama orang). Dan nama yang bagus sebab mengingatkan kita kepada sejarah bukit Shofa dan Marwah pada jaman dahulu.

Bagaimana sejarahnya? Langsung saya sadur dari sumber aslinya wikipedia sbb

Berikut sejarah Shofa dan Marwah dari sumber wikipedia.

Dalam tradisi Islam, Ibrahim diperintah Allah untuk meninggalkan isterinya Siti Hajar di gurun bersama puteranya Ismail yang masih bayi dengan perbekalan sebagai ujian bagi keimanannya. Saat perbekalan tersebut habis, Siti Hajar mencari bantuan. Ia meninggalkan bayinya di tanah yang sekarang menjadi sumur Zamzam.

Berharap untuk dapat memperoleh air ia mendaki bukit terdekat, Shofa, untuk melihat barangkali saja ada pertolongan atau air di dekat situ. Saat ia tidak melihat siapapun di sana, ia pindah ke bukit lainnya, Marwah, agar bisa melihat ke tempat lebih luas. Tetapi dari bukit itu pun tak tampak apa yang dicarinya sehingga ia terus bolak-balik sambil berlari di atas panasnya pasir gurun sampai tujuh kali balikan. Saat ia kembali ke Ismail, ia melihat air telah memancar dari tanah di dekat kaki bayi yang sedang menangis itu.

Umat Islam percaya bahwa saat itu Allah telah mengutus malaikat Jibril untuk memunculkan air di sana. Saat melihat air memancar, Siti Hajar menampungnya dalam pasir dan batu. Nama Zamzam yang berarti "berhentilah mengalir", adalah ungkapan yang diucapkan berulang-ulang oleh Siti Hajar saat berupaya menampung air itu. Daerah di sekitar munculnya air tersebut, yang kemudian berubah menjadi sumur, dijadikan tempat beristirahat bagi para kafilah, dan selanjutnya berkembang menjadi kota Mekkah tempat lahir Nabi Muhammad.

Shofa — yang merupakan tempat dimulainya ritual sa'i terletak kurang lebih setengah mil dari Ka'bah. Marwah terletak sekitar 100 yard dari Ka'bah. Jarak antara Shofa dan Marwah sekitar 450 meter, sehingga perjalanan tujuh kali berjumlah kurang lebih 3,15 kilometer. Kedua tempat itu dan jalan diantaranya sekarang berada di dalam bagian mesjid.

Maksud dari melakukan sa'i adalah untuk memperingati peristiwa pencarian air oleh Hajar tersebut dan kemurahan Allah dalam mengabulkan doa-doa.
Dr. Ali Shariati dalam bukunya, HAJJ: Reflection on Its Rituals menggambarkan Sa'i sebagai berikut:
Sa'i adalah pencarian. Hal itu merupakan gerakan bertujuan. Hal itu digambarkan dengan berlari dan tergesa-gesa. Selama tawaf (mengelilingi ka'bah) anda beperan sebagai Hajar. Dalam posisi Ibrahim anda bertindak sebagai Ibrahim dan Ismail. Begitu anda memulai sa'i anda berperan sebagai Hajar kembali.
Ini adalah peragaan dari kesatuan. Bentuk, pola, warna, ukuran, kepribadian, batas, perbedaan, dan jarak dihancurkan. Manusia yang telanjang dan kemanusiaan yang murni ada di sana! Tiada lain dari kepercayaan, keimanan dan tindakan menjadi nyata! Di sini tidak ada yang berarti; bahkan Ibrahim, Ismail, dan Hajar hanyalah nama, kata, dan simbol. Segala apa yang ada bergerak secara konstan, kemanusiaan dan spiritualitas serta diantaranya hanyalah disiplin. Lebih jauh, inilah arti Haji, suatu keputusan untuk gerakan terus menerus dalam arah tertentu. Dengan cara demikian pula dunia ini bergerak
Allah swt berfirman

Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah ayat 158)


Tuhan mengungkapkan dengan perkataan "tidak ada dosa" sebab sebahagian sahabat merasa keberatan mengerjakannya sa'i di situ, karena tempat itu bekas tempat berhala. Dan di masa jahiliyahpun tempat itu digunakan sebagai tempat sa'i. Untuk menghilangkan rasa keberatan itu Allah menurunkan ayat ini.

Allah mensyukuri hamba-Nya: memberi pahala terhadap amal-amal hamba-Nya, mema'afkan kesalahannya, menambah ni'mat-Nya dan sebagainya.

SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim dan lain-lain dari Urwah dari Aisyah, katanya kepada Aisyah, "Bagaimana pendapat Anda tentang firman Allah, 'Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian dan syiar-syiar Allah,' maka barang siapa yang beribadah Haji ke Baitullah atau berumrah, maka tak ada dosa baginya untuk mengerjakan sai di antara keduanya.' (Q.S. Al-Baqarah 158). Saya lihat tak ada alasan bagi seseorang untuk tidak bersai di antara keduanya." Jawab Aisyah, "Jelek sekali apa yang kamu katakan itu, wahai keponakanku! Sekiranya ayat itu menurut apa yang kamu takwilkan, tentulah dia akan berbunyi, 'Maka tidak ada dosa baginya untuk tidak melakukan sai di antara keduanya.' (Q.S. Al-Baqarah 18).

Tetapi sebenarnya ia diturunkan terhadap orang-orang Ansar. Sebelum masuk Islam, mereka mengadakan upacara-upacara ke berhala Manat dan sesudah masuk Islam sebagian warganya merasa keberatan untuk sai di antara Safa dan Marwah. Lalu mereka tanyakan hal itu kepada Rasulullah saw., kata mereka, 'Wahai Rasulullah! Kami merasa keberatan untuk sai di antara Safa dan Marwah di masa jahiliah?' Maka Allah pun menurunkan, 'Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian di antara syiar-syiar Allah...' sampai dengan firman-Nya '...maka tak ada dosa baginya untuk mengerjakan sai di antara keduanya.'" (Q.S. Al-Baqarah 158).

 Diketengahkan oleh Bukhari dari Ashim bin Sulaiman katanya, "Saya tanyakan kepada Anas tentang Safa dan Marwah." Jawabnya, "Selama ini kami menganggapnya sebagai urusan jahiliah, dan setelah Islam datang kami menahan diri untuk membicarakannya", maka Allah pun menurunkan, "Sesungguhnya Shafa dan Marwah termasuk dalam syiar-syiar Allah." (Q.S. Al-Baqarah 158).

Diketengahkan oleh Hakim dari Ibnu Abbas, katanya, "Di masa jahiliah, setan-setan gentayangan sepanjang malam di antara Safa dan Marwah, dan di antara keduanya itu terdapat berhala-berhala mereka. Maka tatkala Islam datang, kaum muslimin pun mengatakan, 'Wahai Rasulullah! Kami tak hendak sai lagi di antara Safa dan Marwah. Cukuplah kami melakukannya di masa jahiliah.' Maka Allah pun menurunkan ayat ini."

Begitulah Sejarah Bukit Shofa dan Marwah yang saya ambil dari sumber wikipedia

Wallaahu A'lam
Semoga bermanfaat




No comments:

Post a Comment