Dewasa ini kita sebagai umat Islam kadangkala memperuncing masalah perbedaan penafsiran atau Khilafiah. Adanya perbedaan ini seringkali membuat sesama muslim tidak mau bertegur sapa, padahal agama mereka sama, Tuhan mereka juga sama. Jadi yang menjadi penilaian adalah sekedar gerakan ritual semata, padahal yang namanya kebaikan adalah ketaqwaan.
Sebagaimana sebuah kisah pada jaman Rosulullah saw Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji,
mereka memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. Hal ini ditanyakan
pula oleh para sahabat kepada Rasulullah SAW, maka diturunkanlah ayat dalam surat Al Baqarah berikut ini.
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan
sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji;
Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan
tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah
ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah
agar kamu beruntung. (QS Al Baqarah ayat 189)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari jalur
Auli dari Ibnu Abbas, katanya, "Orang-orang menanyakan kepada Nabi saw.
tentang bulan sabit, maka turunlah ayat ini." Diketengahkan oleh Ibnu
Abu Hatim dari Abul Aliyah, katanya, "Kami dengar bahwa mereka bertanya,
'Wahai Rasulullah! Kenapa diciptakan bulan sabit?' Maka Allah
menurunkan, 'Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.'" (Q.S.
Al-Baqarah 189). Diketengahkan pula oleh Abu Naim dan Ibnu Asakir dalam
'Tarikh Dimasyq' dari jalur As-sadiyus Shagir dari Kalbi, dari Abu
Shalih, dari Ibnu Abbas bahwa Muaz bin Jabal dan Tsa`labah bin Ghanamah
bertanya, "Wahai Rasulullah! Kenapa bulan itu terbit atau tampak kecil
seperti benang, lalu bertambah besar hingga menjadi rata bahkan bundar,
lalu semakin berkurang dan mengecil hingga kembali seperti keadaan
semula, artinya tidak tetap pada bentuknya yang sama?" Maka turunlah,
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit." (Q.S. Al-Baqarah 189).
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Barra, katanya, "Di masa jahiliah bila
itu ihram, mereka masuk ke Baitullah dari belakangnya, maka Allah pun
menurunkan, 'Dan tidaklah disebut kebaktian apabila kamu memasuki rumah
dari belakangnya...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 189).
Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim serta Hakim yang menilainya sahih dari
Jabir, katanya, "Orang-orang Quraisy biasa melakukan al-hams dan di
waktu ihram mereka masuk dari berbagai pintu, sedangkan orang-orang
Ansar dan suku-suku Arab lainnya, tiada seorang pun dari mereka yang
masuk dari pintunya. Kebetulan ketika Rasulullah saw. berada di sebuah
kebun, beliau keluar ke Baitullah dari pintunya, dan ikut pula keluar
bersamanya Qathabah bin Amir Al-Anshari, lalu kata mereka, 'Wahai
Rasulullah! Qathabah bin Amir itu seorang durhaka, ia masuk ke sini
bersama Anda dari pintu itu.' Maka tanya Rasulullah saw. kepadanya, 'Apa
sebabnya kamu melakukan itu?' Jawabnya, 'Saya lihat Anda melakukannya,
maka saya tiru perbuatan Anda itu, sesungguhnya aku adalah seorang
Ahmasi.' Rasul berkata kepadanya, 'Agamaku adalah juga agama Anda!' Maka
Allah pun menurunkan, 'Dan tidaklah disebut kebaktian apabila kamu
memasuki rumah itu dari belakangnya...' sampai akhir ayat." (Q.S.
Al-Baqarah 189). Ibnu Jarir mengetengahkan yang sama isinya dengan itu
dari Jabir dari jalur Aufi dari Ibnu Abbas. Diketengahkan oleh Thayalisi
dalam Musnadnya dari Barra', katanya, "Orang-orang Ansar, jika mereka
kembali dari perjalanan, tidak memasuki rumah melalui pintunya, maka
turunlah ayat ini." Diketengahkan pula oleh Abdu bin Humeid dari Qais
bin Habtar An-Nahsyali, katanya, Apabila orang-orang itu ihram mereka
tidak memasuki Baitullah dari arah pintunya, sedangkan Hams
kebalikannya. Pada suatu hari Rasulullah saw. memasuki kebun kurma, lalu
keluar dari pintu yang biasa dipakai ihram olehnya tetapi ia diikuti
oleh seorang lelaki bernama Rifaah bin Tabut dan sebenarnya bukan
termasuk orang-orang Hams. Kata mereka, "Wahai Rasulullah! Rifaah itu
seorang munafik." Rasulullah bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabkan
kamu sehingga melakukan perbuatan itu?" Ujarnya, "Saya ini orang Hams."
Rasulullah menjawab, "Bukankah agama kita satu." Maka turunlah ayat,
"Dan tidaklah disebut kebaktian jika kamu memasuki rumah itu dari
belakangnya." (Q.S. Al-Baqarah 189).
No comments:
Post a Comment