Kalau dahulu kala misalnya pada zaman Nabi Sulaiman as, Nabi Musa as, Nabi Isa as dsb terdapat banyak mukjizat atau kejadian yang miracle. Sebut saja menghidupkan orang mati, membelah laut, tahu bahasa hewan, menyembuhkan penyakit kusta, memindahkan sebuah kota dsb. Namun pada jaman akhir ini kayaknya sudah tidak ada lagi keajaiban seperti itu.
Jaman akhir ini semua-mua kudu logis. Hanya yang logis2 saja yang diterima, sementara yang berbau mistis sudah mulai ditinggalkan.
Makanya ummat Nabi Muhammad saw sekarang ini sudah tidak ada kejadian miracle lagi. Kalau mau nyebrang laut misalnya, sudah tidak ada membelah laut, karena sudah ada kapal. Kapal jauh lebih masuk akal daripada membelah laut. Kalau jaman sekarang ada kejadian miracle itu dinamakan sulap. Kalau sulap semua orang pasti akan berkesimpulan bahwa itu semua hanya tipuan saja.
Dan wahyu Al Qur'an adalah mukjizat. Artinya bisa mendatangkan keajaiban, namun keajaiban yang logis. Misalnya proses penciptaan alam semesta, proses penciptaan manusia, laut yang terpisah dsb. Demikian pula tentang hikmah kehidupan yang perjalannya penuh mukjizat namun tetap saja logis. Misalnya dengan wasilah tahajud ia bertemu orang yang menjadi jalan kesuksesan.
Jadi tidak karena dengan tahajud yang rutin lalu harta turun dari langit. Tetap selalu ada kejadian2 yang logis sebelum dihadapkan kepada keajaiban.
Kesimpulannya adalah, Nabi saw memiliki mukjizat yakni wahyu Al Qur'an. Sebuah mukjizat sepanjang masa yang berbeda dengan nabi2 sebelumnya.
Allah swt berfirman,
Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak
(pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama
orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak
memikirkan(nya)?" (QS Al An'am: 50)
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada
orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari
kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi
syafa'atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. (QS Al An'am: 51)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Ahmad, Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim
meriwayatkan melalui Ibnu Masud r.a. yang telah mengatakan, bahwa ada
segolongan orang-orang Quraisy bertemu dengan Rasulullah saw. yang
ketika itu sedang bersama Khabbab bin Art, Shuhaib, Bilal dan Ammar.
Kemudian mereka berkata, "Hai Muhammad! Apakah engkau suka terhadap
mereka dan apakah mereka orang-orang yang mendapat anugerah dari Allah
di antara kami? Andaikata engkau mengusir mereka niscaya kami mau
mengikutimu." Lalu Allah swt. menurunkan wahyu-Nya berkenaan dengan
mereka, yaitu firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang
diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan Tuhan..."
sampai dengan firman-Nya, "...supaya jelas pula jalan orang-orang yang
berdosa." (Q.S. Al-An'am 51-55). Dan Ibnu Jarir mengetengahkan melalui
Ikrimah yang telah mengatakan, bahwa telah datang Atabah bin Rabi'ah,
Syaibah bin Rabi'ah, Muth'im bin Addi dan Harts bin Naufal beserta para
pemuka kabilah Abdul Manaf dari kalangan kaum kafir kepada Abu Thalib.
Kemudian mereka berkata kepadanya, "Seandainya anak saudaramu mengusir
hamba-hamba sahaya tersebut, niscaya ia sangat kami agungkan dan akan
ditaati di kalangan kami serta ia lebih dekat kepada kami, dan niscaya
kami akan mengikutinya." Lalu Abu Thalib menyampaikan permintaan mereka
kepada Nabi saw. Umar bin Khaththab mengusulkan, "Bagaimana jika engkau
melakukan apa yang mereka pinta itu, kemudian mari kita lihat apa yang
akan mereka kehendaki." Akan tetapi kemudian Allah swt. menurunkan
firman-Nya, "Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu
kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan...," sampai dengan
firman-Nya, "...tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepada-Nya)." (Q.S. Al-An'am 51-53). Mereka yang dimaksud
adalah Bilal, Ammar bin Yasir, Salim bekas budak Ibnu Huzaifah, Saleh
bekas budak Usaid, Ibnu Masud, Miqdad bin Abdullah, Waqid bin Abdullah
Al-Hanzhali dan orang-orang yang miskin seperti mereka. Akhirnya Umar
menghadap Nabi saw. seraya memohon maaf atas perkataannya itu. Setelah
itu turunlah firman-Nya, "Apabila datang kepadamu orang-orang yang
beriman kepada ayat-ayat Kami..." (Q.S. Al-An'am ayat 54).
Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment