1.4.15

Kronologis Mengapa Manusia Lahir Ke Dunia Menjalani Ujian

Hidup ini adalah ujian. Nah hal ini akan puanjaang kalau dijelaskan secara detail. Mungkin ada baiknya anda membaca artikel disini dulu. Kali ini saya akan sedikit menjelaskan tentang hakikat ujian hidup. Sedikit saja sebagai pembuka pemahaman kita semua.

Nah diartikel kali ini saya ingin anda membayangkan. Tidak perlu detail namun membayangkan seolah-olah anda menyaksikan. Bentuknya seperti apa tidak perlu dirisaukan, pokoknya bayangkan seolah-olah kita flashback ke masa lalu disebuah dimensi akherat, yakni sebelum kita diturunkan kemuka bumi untuk mengemban yang namanya ujian kehidupan.

Dahulu kala Allah swt pernah menawarkan sebuah penawaran menggiurkan. Yakni sebuah "AMANAH". Amanah ini anggap saja seperti sebuah penawaran diskon dsb, supaya anda mudah memahaminya. Jadi dahulu Allah swt menawarkan siapa yang mau menjadi mahluk yang lebih tinggi dari malaikat?

Menjadi mahluk yang lebih tinggi dari malaikat adalah penawaran yang sensasional lho? Bahkan malaikat akan menjadi asisten kita jika dan hanya jika kita lulus persyaratan. Dimana-mana menjadi mahluk mulia harus ada syarat dan kondisi lho? Bahkan membuat artikel gratisan di blogspot inipun ada syarat dan kondisi atau yang biasa disebut dengan agrreement.

Syarat dan kondisinya adalah harus didahului dengan "UJIAN" dunia. Maka semua tidak terkecuali menolak tawaran tersebut karena takut akan mencederai "AMANAH". Gunung menolak, langit menolak, bumi menolak dan semua alam semesta menolaknya. Anggap saja tiba-tiba ada yang mengacungkan jari, siapa? MANUSIA. Katakanlah manusia itu berkata, "Saya mau..."

Mengapa gunung, langit dan bumi menolak? Karena takut mencederai amanah, takut tidak bisa mengembannya. Apalagi balasannya teramat sangat mengerikan yakni neraka. Namun manusia menerima "AMANAH" tersebut. Kenapa? Menurut saya karena manusia memiliki nafsu. Nafsu ingin kaya, ingin status yang baik, ingin cantik, ingin mulia dan ingin2 lainnya. Nafsu itulah biang keroknya.

Setelah ada hitam diatas putih lalu digelarlah syarat dan kondisi tersebut di dunia. Hitam diatas putih maksudnya adalah adanya persaksian atau biar kita mudah memahaminya, ada tanda tangan manusia di alam sebelum kita diturunkan ke dunia. Jadi sebelum kita turun ke dunia sudah didahului perjanjian tertulis antara manusia dengan Tuhan. Bentuknya adalah "Alastu Birobbikum", yakni persaksian bahwa manusia mengakui dan akan beribadah kepada Tuhan YME ketika sudah diturunkan ke dunia supaya mendapatkan kemenangan, keberuntungan, kemuliaan dsb. Intinya supaya bisa lulus ujian, maka manusia harus beribadah kepada_Nya.

Didalam ujian sekolah, maka sebelum ujian dimulai para murid bebas membuka-buka buku pelajaran, namun pada saat ujian dimulai para murid wajib menutupnya. Nggak boleh nyontek. Semua buku ditutup, dan para murid hanya menghadapi selembar kertas yang berisi pertanyaan dan pulpen untuk menjawabnya. Analogi ini harus benar benaaaaarrr dipahami dengan sebaik-baiknya.

Demikian pula dengan ujian hidup didunia. Ketika manusia diturunkan ke bumi maka informasi tentang alam sebelum kita ada ditutup dan hanya menyisakan fitrah saja. Fitrah itu semacam software default manusia, yakni sebagai mahluk yang bertuhan. Biasanya software ini begitu terasa ketika kita dalam keadaan terjepit dan buntu, dimana kemudian barulah mengatakan "Tuhan tolong aku"

Informasi alam sebelum kita apa? Namanya alam azali, atau biar lebih gampang alam itu ya dimensi akherat juga. Yakni dimensi sebelum kita dilahirkan dan diturunkan ke bumi. Dimensi yang sama yang akan kita kunjungi setelah ujian hidup didunia sudah selesai alias mati.

Kemudian diturunkanlah manusia ke bumi untuk mengemban ujian hidup atau bahasa Qur'annya adalah "AMANAH". Lalu manusia dibuat lupa akan asal kejadiannya namun tetap masih disisakan petunjuk. Nah akal dan hati adalah petunjuk awal untuk mengenal Tuhan Sang Pencipta. Mengenang kembali asal usul kita yakni dari sisi Tuhan Semesta Alam. Jika manusia mau membuka akal dan hati kemudian mengesampingkan hawa nafsu maka ia akan mendapatkan petunjuk jalan menuju jalan kelulusan, sebaliknya jika hanya mengumbar kebebasannya dengan mengikuti hawa nafsu maka ia hakikatnya berjalan menuju neraka.

Tentu saja ke neraka karena syarat dan kondisi tidak terpenuhi. Dan agreement ini sudah diparaf oleh manusia dan disaksikan oleh segenap mahluk. Oleh karena itu ketika waktu ujian sudah selesai maka barulah buku dibuka. Kenangan alam azali dibuka selebar-lebarnya sehingga muka-muka pada hari itu banyak yang bermuram durja. Banyak jiwa-jiwa yang menyesal dengan teramat sangat.

Lalu ketika manusia selesai melaksanakan ujian alias mati dan menuju alam akherat, kemudian tahu dan yakin bahwa sewaktu didunia ia lalai maka ia mengadu kepada Tuhan. Bahasanya begini biar mudah dipahami, "Tuhan kami telah yakin, dan melihat dengan jelas, kami menyesal. Maka kembalikan kami kedunia untuk mengerjakan ujian susulan niscaya kami akan lulus". Begitulah angan-angan manusia pada saat itu. Apakah dikabulkan? Tentu tidak, karena ujian telah usai dan saatnya penilaian.

Nah ketika banyak manusia yang gagal ujian siapa yang disalahkan? Manusia apa Tuhan? Tentu manusia, salahnya sendiri kenapa menerima AMANAH ini disaat langit dan bumi menolaknya. Jadi Allah swt tidak menganiaya hamba_Nya walaupun sebesar dzarah sekalipun, tetapi manusia sendirilah yang zalim lagi sangat bodoh. Maksudnya kita-kita ini zalim dan sangat bodoh.

Dari mana informasi ini saya dapatkan? Dari Al Qur'an firman Allah swt. Dari mana saya menemukan Al Qur'an? jawabannya adalah dari Islam. Dari mana saya atau manusia menemukan Islam? Dari iman. yakni yakin bahwa alam semesta ini ada Sang Pencipta dibaliknya. Dari mana saya menemukan iman? dari muhasabah dan tafakur dengan membuka akal dan hati. Begitu...

Oleh sebab itu yuk kita jalani ujian hidup ini dengan benar. Lulus atau tidak adalah urusan kita, dan Allah tidak menganiaya hamba-hamba_Nya. Tentu saja terus berdoa dan berharap agar Allah swt memberikan petunjuk_Nya. Amin

Allah swt berfirman,

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.
(QS: An-Nisaa Ayat: 40)

Wallahu A'lam




No comments:

Post a Comment