1.4.15

Bahaya Kikir dan Manfaat Sedekah

Perintah yang pertama dan utama adalah sembahlah Allah swt dan tidak mempersekutukan_Nya dengan sesuatu apapun juga. Perintah ini adalah sama dengan dakwah yang dibawa oleh semua para nabi. Kemudian berbuat baik kepada orang tua, saudara, anak yatim, orang miskin, tetangga, teman, ibnu sabil, dan budak sekalipun.

Allah swt tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Siapa orang yang sombong dan membanggakan diri?
  • Orang yang kikir bin medit bin pelit. Kemudian menyuruh orang lain supaya kikir. Tidak harus menyuruh secara langsung namun juga bisa dalam bentuk buku. Misalnya buku tentang kelebihan berhemat, bertema bisnis (yang kikir) dsb. Atau dalam bentuk2 lainnya.
  • Mereka yang menyembunyikan karunia Allah swt. Bisa dalam bentuk harta benda yang ditumpuk-tumpuk tanpa peduli manfaat dan maslahat sesama. Sistem kapitalis juga cenderung mengajak kepada kekikiran lho? Jangan salah. Karena prinsip ekonomi kapitalis hanya membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin bertambah miskin.
  • Namun ada pula manusia yang tidak kikir dan gemar memberi, namun dengan niat yang salah yakni pamer atau riyak. Pun mereka berniat supaya dipuji atau diberikan keuntungan yang sepadan dengan apa yang telah mereka berikan.
  • Tentu saja orang sombong adalah mereka yang tidak beriman kepada Allah swt. Misalnya atheis, komunis.

Kalau kita bicara sedekah katakanlah, apakah ada yang miskin gara-gara bersedekah/ berinfak? Tidak pernah kita mendengarnya khan. Jadi tidak ada kerugian ketika kita gemar bersedekah karena Allah. Kalau tidak ada mudharat/ kerugian dalam sedekah artinya yang ada adalah keuntungan demi keuntungan. Tentu saja keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan dunia dan akherat.

Sekali lagi Allah swt mengatakan/ berfirman dalam Al Qur'an bahwa tidak ada mudharat dalam sedekah orang beriman. Nggak ada ruginya, adanya untuuuuung terus. Masalahnya anda percaya apa enggak? Beriman apa enggak? Kalau infak dan sedekah anda hanya sedikit maka hal ini bisa digunakan sebagai parameter keimanan kita. Infaknya sedikit artinya iman lemah, infaknya maksimal maka imannya kuat.

Allah swt berfirman,

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS: An-Nisaa Ayat: 36)

(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. (QS: An-Nisaa Ayat: 37)

Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.

(QS: An-Nisaa Ayat: 38)

Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezeki yang telah diberikan Allah kepada mereka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka. (QS: An-Nisaa Ayat: 39) 

Wallahu A'lam




No comments:

Post a Comment