Muslim sih muslim, beriman sih mungkin saja iya. Namun seringkali iman kita sangatlah lemah. Dikasih ujian sedikit saja mudah goyah lalu berganti Tuhan. Ini khan bisa bahaya.
Saya kasih bukti,
- Ketika ada hutang maka kita biasanya cemas, panik, stres dsb. Lalu doanya digeber, ibadahnya di perbanyak. Faktanya esok hari buru-buru nyari pinjaman, nyari bank dan rentenir. Kalau kita menkaji secara hakikat maka iman seperti ini lemah.
- Saat usaha bangkrut stress bahkan sampai depresi. Nangis-nangis sambil menengadahkan tangan ke langit. "Robb mengapa bisa begini???". Kalau bicara hakikat, sebenarnya ia tidak terima takdir Allah. Maunya takdir yang enak-enak saja.
- Ketika sakit buru-buru minum obat atau ke dokter
- Ketika tidak jua dapat jodoh lalu mendatangi orang pintar untuk buka aura
Sekali lagi ini kalau kita bicara hakikat, yakni melihat dari sudut pandang yang lebih dalam. Jadi yang dilihat bukan kulitnya namun secara global.
Kalau kita melihat dari sudur pandang permukaan atau kulit, maka yang namanya hutang yang kudu minjem bank sebab kitanya nggak ada duit. Kalau sakit ya minum obat, dan juga kalau lapar langsung makan. Secara sekilas sangat logis dan memang seperti itu. Namun kalau kita babas lebih dalam ada sesuatu yang menarik. Yaitu cacat tauhid..
Mari kita membahas tauhid itu dari sisi lain untuk memperkaya pemahaman kita. Bergantung kepada Allah itu bagian dari tauhid. Tetap mencari dan menuggu kedatangan_Nya adalah juga bagian dari Tauhid.
Kalau kita cocokkan dengan kasus perkasus, maka ketika malamnya menggeber doa supaya hutang lunas lalu esok pagi mencari pinjaman artinya si fulan ini tidak sepenuhnya bergantung kepada Allah. Ia tidak menunggu kedatangan Allah didalam memberikan pertolongan.
Kalau kita benar-benar menunggu Allah datang, maka si fulan ini tidak akan mencari pinjaman. Biarin saja hutangnya tetap utuh atau malah nambah. Biarin saja debt collector datang dan memaki-maki. Nggak ada urusan.
Jika kita benar2 bergantung sepenuhnya kepada Allah swt, maka ia terima apapun yang terjadi. Mau hutang numpuk, mau usaha gagal dsb tetap bergantung kepada_Nya dan selalu berbaik sangka. Ia tetap bertahan dan ber Tuhan karena meyakini skenario Allah pasti the best.
Didatangi debt collector hanyalah bagian dari skenario_Nya. Mungkin sebab penyucian dosa, atau hanya ujian sebelum melenting di ketinggian. Karena keyakinan kepada Allah inilah yang menjadi pemicu si fulan bertahan meskipun dalam posisi atau titik nadzir sekalipun.
Allah swt menyentil hamba_Nya yang mudah goyah keimanan sbb,
Allah swt berfirman,
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!" (QS Al An'am: 40)
(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdo'a kepadaNya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah). (QS Al An'am: 41)
Kalau bicara fakta, saya sendiri dan sobat semua masih perlu banyak belajar tentang tauhid ini. Karena banyaknya ujian kadang menjadi pemicu tauhid kita bergeser. Ujian berat menyebabkan syetan lebih mudah memberikan was-was.
"Tuh khan, sakit khan. Buruan pergi ke dokter supaya penyakitnya sembuh"
Itu adalah bagian dari bisikan syetan, sehingga sampai kita berkesimpulan bahwa karena dokter penyakit kita sembuh. Padahal khan tidak demikian. Tiada kesembuhan kecuali dengan ijin Allah swt.
Lalu apakah berarti ketika sakit kita diam saja dan tidak pergi ke dokter? Tentu juga tidak demikian. Ini masalah tauhid, masalah iman yang mana letaknya dalam dada. Karena letaknya tersembunyi jadi tidak mudah didalam menilai.
"Ya Robb, saya sedang sakit nih, dan sesungguhnya Engkau Maha Menyembuhkan. Ijinkan kami pergi ke dokter dan mengkonsumsi obat sehingga menjadi wasilah kesembuhan dengan ijin Engkau"
Nah statement diatas terasa lebih enak dirasakan. Keyakinan Dzat Yang Menyembuhkan tetap kepada Allah sedangkan wasilah kesembuhan bisa melalui obat, dokter, herbal dan ribuan cara lainnya.
Ini nampak sederhana namun sangat vital. "Semua orang juga tahu kalau yang menyembuhkan adalah Allah". Tetapi tunggu dulu. Statement bisa apa saja, namun masalah keimanan, keyakinan, dan tauhid bisa jadi berbeda.
Ketika pas sakit lalu yang diingat pertama kali adalah obat, dokter dsb maka sepertinya segala statement kita dusta. Mari sama-sama introspeksi.
Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment