31.3.15

Mengapa Laki-Laki adalah Pemimpin Bagi Wanita

Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita. Maka suami adalah pemimpin bagi istri dan anak2nya. Kalau ada istri yang hendak memimpin sebuah rumah tangga, niscaya hancurlah binaan yang dibangun.

Bagaimana kalau istri banyak ngomel dan merintah? Ya nggak apa-apa asalkan bukan sesuatu yang prinsip. Istri ngomel mah sudah dari sononya, hampir semua sama. Jadi suami takut istripun nggak ada masalah asal bukan masalah prinsip. Suruh nyuci ya nguci aja nggak apa-apa.

Namun kalau sudah masalah prinsip maka suami wajib maju didepan. Misalnya masalah akhlak, ibadah, pemikiran dan lain sebagainya. Jangan sampai masalah akidah dan akhlak diserahkan semua kepada istri karena kaum wanita seringkali hanya menggunakan perasaan saja bukan logika.

Secara fitrahpun laki-laki memang dilebihkan daripada wanita. Mereka telah bekerja keras untuk menafkahi keluarganya. Bayangkan saja, sang suami rela menyerahkan harta bendanya kepada orang baru yang asing. Khan pada awal-awal seorang istri itu orang lain yang diikat dengan pernikahan.

Seorang suami bekerja mencari nafkah dan diberikan semuanya kepada keluarganya, sementara ayah dan ibunya yang sudah merawatnya dari kecil tidak diberlakukan seperti itu. Padahal kalau bicara layak, maka kedua orang tua kitalah yang berhak mendapatkan hasil dari kerja keras kita. Karena anak dan orang tua itu satu darah.

Oleh karena itu jadilah istri yang baik dan patuh kepada suami. Jadilah istri yang shalehah. Ketahuilah seorang suami tidak minta yang macem-macem dari istri, cukup hargai suami, nurut dan manut, itu saja kok. Jika anda menerapkan pada keluarga anda Insya Allah tidak akan ada pertengkaran dan perpecahan.

Bagaimana tentang nusyuz. Atau bagaimana kalau sudah terjadi pertengkaran antara keduanya? Maka kirimkanlah hakim yang bijaksana. Penengah yang berasal dari kedua keluarga tersebut.

Allah swt berfirman,

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS: An-Nisaa Ayat: 34)

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS: An-Nisaa Ayat: 35)


No comments:

Post a Comment