2.2.15

Ternyata Tuhan Itu Sadis?

Kita seringkali bertanya didalam pencarian menemukan Tuhan. Bagini, jauh sebelum Tuhan menciptakan alam semesta dan seisinya, DIA Tahu bahwa pada titik tertentu akan menciptakan manusia yang banyak dosa. Jadi jauh sebelum menciptakan Adam as dan Siti Hawa DIA sudah Tahu bahwa keturunannya akan memenuhi bumi dan sebagian besar mahluk pendosa. Kemudian DIA Tahu bahwa ada segolongan manusia yang akan di siksa dengan azab yang sangat pedih dalam Neraka dan sebagian Kecil masuk surga.


Maka kita akan protes mengapa Tuhan sudah merencanakannya demikian?. Iya kalau kita ditakdirkan menjadi penghuni surga, lalu bagaimanakah dengan mereka yang ditakdirkan menjadi penghuni neraka? Bukankah Tuhan Maha Tahu siapa yang bakalan menjadi penghuni surga dan neraka? Misalkan satu saja manusia mendapatkan azab yang kekal, bukankah artinya Tuhan tidak Adil? Bukankah Tuhan itu sadis? Bagaimana mungkin Mengetahui mahluk yang akan diciptakan_Nya kemudian menyiksanya? Sadis. Ini pertanyaan pertama.

Lalu yang keduanya, okelah misalnya kita percaya bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Agung dan lain sebagainya yang menciptakan alam semesta yang menakjubkan, hanya untuk membuat manusia percaya bahwa DIA memang mengagumkan. Padahal kalau DIA menghendaki sesuatu cukup mengatakan "Kun". Artinya DIA bisa menciptakan segala sesuatu yang bahkan lebih menakjubkan daripada apa yang kita lihat, misalnya gunung-gunung, proton, elektron, langit dan lain sebagainya. Apakah artinya penciptaan alam semesta ini hanya untuk membuat manusia kagum dan hormat kepada_Nya? Bukankah hal ini sebenarnya mudah? Misalnya dengan menciptakan mahluk besar yang terbang dilangit, atau menciptakan manusia yang bisa beterbangan dan keajaiban lainnya supaya manusia berkata, "Wow Tuhan kita memang hebat".

Nah pertanyaan itulah yang seringkali menggelayut dalam benak kita dan benak orang-orang yang masih menggunakan akalnya. Lain halnya dengan manusia yang tidak mempunyai akal atau manusia yang didoktrin dengan sesuatu yang tidak masuk akal dan disuruh percaya. Justru pertanyaan sulit namun cerdas diatas dihasilkan oleh mereka yang memang cerdas.

Maka bisa dijawab begini,

Benar Tuhan Maha Kuasa dan Maha Mengetahui apa yang diciptakan_Nya. Dan pandangan manusia bahwa Tuhan itu sadis maka itu disebabkan mengikuti perasaannya. Memang logis, karena satu saja ciptaannya masuk neraka maka bisa dikatakan bahwa Tuhan itu sadis. Bukankah tinggal berkehendak bahwa semua manusia pasti masuk surga maka selesailah perkara. Tinggal berkehendak manusia semuanya baik sehingga tidak terkesan sadis maka selesailah urusan.

Tuhan kecewa karena menciptakan manusia pendosa yang pada akhirnya akan masuk neraka. Apakah benar? Tidak, Tuhan tidak pernah kecewa dengan apa yang sudah ditetapkan_Nya. Sekali lagi walaupun satu orang yang ditakdirkan masuk neraka maka Tuhan tidak sadis dan tidak akan pernah kecewa sama sekali.

Saya kasih analogi begini. Dalam sebuah kelas ada ujian. Salah satu soal ujiannya adalah 2+2 dimana kunci jawabannya adalah 4. Kalau ada seorang murid yang menjawabnya 2+2=5 apakah guru tersebut akan mengatakan, "Muridku jangan 5 tetapi rubahlah jawabannya menjadi 4". Lalu bagaimana dengan murid yang lain? Pasti mereka akan mengatakan bahwa guru tidak adil dimana hanya memberitahu salah satu muridnya saja. Murid akan protes kepada gurunya.

Lalu akan ada manusia yang membantah namun logis, "Itu adalah analogi yang benar. Namun bukankah Tuhan bisa membuat sebuah situasi yang berbeda? yakni murid tidak perlu mengalami yang namanya ujian? Atau manusia Tidak perlu menerima ujian kehidupan sehingga semua bisa masuk surga dan merasa bahagia. Mengapa Tuhan melakukannya? Yakni memberikan segala ujian?"

Nah pertanyaan ini bisa dianalogikan bahwa manusia menginginkan mahluk yang sempurna dari segala salah. Jadi tidak ada situasi dimana mahluk tersebut melakukan kesalahan sekecil apapun sebagaimana ujian dalam sebuah sekolah. Benaaaaaarrrr semuanya.

Bukankah Tuhan sudah melakukannya? Yakni menciptakan sebuah situasi yang tidak akan pernah salah. Situasi yang tidak akan pernah mencederai Tuhan. Apa dan siapa? Malaikat. Malaikat adalah mahluk yang tidak pernah salah dan patuh sepatuh-patuhnya kepada Tuhan. Namun malaikat bukanlah mahluk yang terbaik meskipun tidak pernah salah. Ada mahluk terbaik yang bahkan lebih hebat dari malaikat, siapa? Manusia. Jadi manusia bisa menjadi lebih hebat dari malaikat, atau mahluk yang tidak pernah salah.

Mengapa? Karena manusia mempunyai kehendak bebas. Ia bisa patuh kepada Tuhan atau menentang_Nya. Jika menentang Tuhan maka ia akan masuk neraka, jika patuh kepada Tuhan maka bisa menjadi mahluk yang lebih baik daripada malaikat dan masuk surga. Sekali lagi karena manusia adalah mahluk yang mempunyai kehendak bebas dari diri sendiri. Nampak adil?

Jadi dalam bahasa kita penawarannya begini, malaikat adalah mahluk yang hebat dan tidak ada yang menandinginya. Maukah anda bisa menjadi lebih hebat dari malaikat? Syaratnya anda harus melalui ujian dulu. Nah ini dia penawarannya..

Bicara tentang kebebasan berkehendak. Tuhan mempunyai Pengetahuan akan masa lalu dan masa depan. Jadi kebebasan manusiapun masih dalam bingkai pengetahuan Tuhan.

Kesalahannya bukan pada Tuhan tetapi pada manusia itu sendiri yang mempunyai kehendak bebas yang menerima penawaran diatas. Lalu akan ada yang bertanya, justru itulah letak kesalahan Tuhan yang menciptakan manusia dengan kesalahan itu. Mengapa menciptakan manusia yang mempunyai kehendak bebas kalau pada akhirnya harus masuk neraka??

Masalahnya adalah mengapa kita mengajukan diri menjadi manusia? Nah pertanyaan ini dijawab dalam Al Qur'an...

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS Al Ahzab ayat 72)

Artinya adalah manusia mengajukan diri untuk mengemban amanah tersebut, yakni menjadi mahluk yang mempunyai kehendak bebas. Lalu mengapa kita tidak diberitahu? "Saya tidak ditanya mengenai hal ini, atau saya tidak mengingatnya, kalau saya tahu bahwa resikonya adalah neraka yang kekal maka saya tidak mau menjadi manusia dan lebih baik menjadi malaikat. Sangat beresiko menjadi manusia, dan saya tidak mau mengambil resiko itu".

Tetapi sudah kadung, sudah terlanjur kita sebagai manusia menerima amanah ini dan tidak boleh mundur lagi. Kita manusia memang zalim dan bodoh disaat alam semesta enggan menerima amanah tetapi manusia menerima.

Jadi sebelum diciptakan menjadi manusia Tuhan berfirman yang maknanya adalah, "apakah kau ingin menjadi manusia?". Manusia yang berkehendak bebas, dan bisa lebih tinggi dari malaikat atau lebih rendah dari binatang. Ini penawaran sensasional, dimana dikisahkan setelah menjadi manusia Iblis enggan mematuhi perintah Tuhan untuk sujud dan hormat. Mengapa kita tidak ingat? Karena ingatannya dihapus, dihilangkan. Mengapa dihilangkan? Karena manusia harus melalui sebuah ujian dulu. Nanti kalau sudah saatnya juga dibuka rahasianya yakni di akherat.

Kalau mau menjadi manusia maka harus mengikuti yang namanya sebuah ujian. Yang namanya ujan pasti close book atau tidak boleh mencontek. Ini analogi bahwa ingatan manusia tentang hal ini close book atau dihilangkan.

Jika dalam sebuah ujian sekolah ada murid yang mengatakan, "Guru saya lupa jawaban soal ini dan ingin melihat buku dan mendapatkan jawabannya?". Maka guru akan mengatakan, "Tidak, kerjakan ujianmu sampai selesai dan tidak boleh membuka buku, bukalah ketika ujian telah selesai".

Apa ujian Allah? Ujiannya adalah diturunkan di alam dunia kemudian tetap mengakui adanya Tuhan dan mengikuti aturan_Nya, disaat manusia memiliki kehendak bebas. Jika mengikuti aturan Tuhan maka manusia bisa menjadi mahluk yang lebih tinggi dari malaikat dan berada dalam surga. Disana manusia boleh mengumbar keinginan apapun, dan kekal dalam kenikmatan. Bahkan malaikat menjadi pelayannya dalam surga. Jika tidak mau ikut aturan_Nya maka akan menjadi mahluk yang lebih hina daripada binatang dan menjadi penghuni neraka. Di dalam neraka malaikat akan menjadi pelayannya yakni pelayan Tuhan untuk menyiksa manusia.

Sekali lagi pada pertanyaan, "Khan saya tidak ingat hari itu, yakni ketika ditawarkan sebuah amanat?". Ya, tetapi Al Qur'an mengingatkan manusia bahwa pernah ada perjanjian ini.

...dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172)

Lalu ketika batas waktu sudah habis maka para pendosa akan menyesal dengan penyesalan yang tidak ada gunanya,

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), "Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin (QS As-Sajdah:12)

Jadi ketika hari pengadilan tiba maka sadarlah manusia, karena saat ini sudah bisa open book. Mana-mana jawaban yang benar serta mana-mana yang salah dari ujian hidup didunia akan terlihat dengan sangat jelas.

Oleh karenanya ketika hidup didunia diberikanlah kesempatan/ waktu. Ketika salah mohon ampun maka diampuni. Salah lagi mohon ampun lagi serta diampuni kembali, begitun seterusnya sampai waktu ujian untuk kita habis dan tidak akan bisa dikembalikan lagi.

Nah saat waktu kita sudah habis maka kita baru ingat karena semuanya dibuka selebar-lebarnya. Buku yang tadinya tertutup boleh dibuka dan kita bisa mencari kunci jawabannya dengan mudah. Inilah yang diperingatkan Al Qur'an bagi manusia yang lalai.

Mengapa harus percya Al Qur'an? Intinya Al Qur'an tidak pernah salah. Al Qur'an adalah kebenaran mutlak baik ayat yang muhkamat maupun mutasyabihat. Baik ayat yang menceritakan masa lalu, masa depan maupun hari akherat semua adalah kebenaran.

80% ayat Al Qur'an 100% sesuai dengan fakta ilmiah. Sekali lagi fakta ilmiah bukan ilmu yang masih sebatas teori, seperti teori darwin. Sementara 20% lainnya masih ambigu, tidak benar dan juga tidak salah. Jika 80% dari 100% adalah fakta kebenaran, lalu dari yang 20% sisanya tidak 0.01% pun mengandung/ terbukti mengandung kesalahan, maka logika kita akan mengatakan bahwa 100% Al Qur'an mengandung kebenaran.Ini logika sederhana...

Jadi ketika ada manusia ketika ujian hidupnya berakhir lalu komplain kepada Tuhan, "Tuhan saya tidak ingat akan hari ini, dahulu saya menganggap hari ini tidak masuk akal". Maka jawabannya gamblang, bukankah semua sudah diperingatkan dalam Al Qur'an? Apakah kamu sudah membacanya sehingga bisa melalui ujian dunia dengan baik? Bahasa kita jawabannya begini, "Ya kami membacanya dan mengetahuinya dalam Al Qur'an tetapi kami mengingkarinya". Maka dijawab yang dalam bahasa kita begini, "Maka rasakanlah azab yang membakar disebabkan kamu selalu mengingkari kebenaran (Al Qur'an)"

Sekali lagi Tuhan itu tidak sadis, tetapi kitalah yang bodoh. Bodoh karena mau menerima ujian atau amanah kehidupan sebagai manusia. Oleh karena itu jangan salahkan Tuhan, tetapi salahkan diri kita yang zalim dan bodoh ini.

Wallahu A'lam

Ternyata Tuhan itu sadis bersambung. Silahkan baca sambungannya disini.



2 comments:

  1. Perjanjian itu harus dilakukan dalam keadaan sadar dan akhil balih atau dewasa. Lha kalau perjanjian diadakan dengan manusia yg belum lahir, yg belum mengetahui apa apa, belum dewasa, belum bisa berpikir, apakah itu adil ?

    Apa ini bukannya akal akalan saja.

    Kita sering mengkritik agama sebelah atas dosa waris, dimana bayi yg lahir langsung menanggung dosa, padahal bayi belum ngerti apa apa kok sudah nanggung dosa ?

    Sekarang giliran kita, bayi yg belum lahir sudah melakukan perjanjian ? opo tumon ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tumon opo hehe...

      Dibaca lagi baru komentar.. siip :)

      Delete