17.12.15

Melakukan Kedustaan Terhadap Allah swt

Melakukan kedustaan terhadap Allah swt adalah perkara besar. Dalam hal ini misalnya para ulama, sangat berhati-hati didalam menentukan halal haram. Atau menentukan dia ahli bid'ah, musrik, kafir dan sebagainya. Karena segala hukum itu kepunyaan Allah swt. Oleh karenanya seyogyanya kita juga kudu hati-hati khususnya didalam memvonis seseorang. Khawatirnya apa yang kita vonis salah, dan malah berbalik ke kita.

Jaman sekarang juga ada cukup banyak. Misalnya mereka yang mengaku-ngaku mendapatkan wahyu. Misalnya Lia Eden, Mirza Ghulam Ahmad dsb. Adapun yang mereka katakan adalah dusta belaka

Pada jaman Nabi saw, ada seorang sekretaris Nabi saw yang disuruh mencatat firman Allah swt. Namun apa yang ia tulis berbeda dengan wahyu.

Allah swt berfirman,



Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS Al An'am: 93)

SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan melalui Ikrimah sehubungan dengan firman Allah, "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah, atau yang berkata, 'Telah diwahyukan kepada saya,' padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya." (Q.S. Al-An'am 93). Ikrimah mengatakan, "Ayat ini diturunkan sehubungan dengan Musailamah," sedangkan ayat, ".... dan orang yang mengatakan, 'Aku juga diberi wahyu seperti yang telah diturunkan oleh Allah," ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Saad bin Abu Sarh, dia adalah sekretaris Nabi saw. Pada suatu ketika ia disuruh menulis oleh Nabi saw., kata `aziizun hakiim (Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) akan tetapi ia menuliskan ghafuurun rahiim (Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Lalu surah hasil tulisannya itu dibaca (dan ia mendapat teguran) akan tetapi ia menjawab, 'Ya, itu sama saja.' Tidak lama kemudian ia menjadi kafir kembali dan bergabung dengan orang-orang Quraisy." Dan telah diketengahkan pula melalui Saddi hadis yang sama, akan tetapi di dalam riwayatnya terdapat tambahan, yaitu, Abdullah bin Saad bin Sarh berkata, "Jika Muhammad telah diberi wahyu, maka sesungguhnya aku pun telah diberi wahyu pula. Dan jika Allah telah menurunkan wahyu kepadanya, maka aku pun telah menurunkan wahyu seperti apa yang diturunkan oleh Allah. Muhammad telah mengatakan samii`an `aliiman (Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui), maka aku katakan `aliiman hakiiman (Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana)."




Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa'at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah). (QS Al An'am: 94)

SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengetengahkan melalui Ikrimah yang telah mengatakan, bahwa Nadlir bin Harits telah berkata, "Lata dan Uzza pasti akan memberikan syafaat kepadaku," kemudian turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya, "Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri..." sampai dengan firman-Nya, "...bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu." (Q.S. Al-An'am 94).

Wallahu A'lam



No comments:

Post a Comment