Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu
negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:
"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya
kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia
menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah
berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;
lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan
lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah
kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata
kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata:
"Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS Al Baqarah 259)
QS Al Baqarah ayat 259, menurut Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib , ia berkata : "Ia
adalah Uzair". Pendapat ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu
Abi Hatim, dari Ibnu Abbas, al-Hasan, Qatadah, as-Suddi, dan Sulaiman
bin Buraidah. Pendapat inilah yang mahsyur. Dan negeri yang dimaksud
adalah BAITUL MAQDIS. (Palastina)
Ia melintasi negeri itu setelah dihancurkan dan dibunuh penduduknya oleh Raja Bukhtanashar.
Yang temboknya roboh menutupi atapnya", maksudnya tidak ada seorang pun di sana. Negeri tersebut sudah hancur lebur seakan-akan sudah tidak mungkin lagi bisa kembali seperti semula.
Dalam sebuah sumber disini disebutkan,
Pada suatu hari, tampak bahwa cuaca sangat
panas dan segala sesuatu merasa kehausan.
Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair hari itu tampak tenang
karena sedang melalui musim panas di mana
sedikit sekali aktifitas di dalamnya. Uzair berpikir bahwa kebunnya
butuh untuk diairi. Kebun itu cukup jauh
dan jalan menuju ke sana sangat
berat dan disela-selai dengan kuburan. Sebelumnya, tempat itu adalah
kota yang indah dan ramai di mana penghuninya cukup asyik tinggal di
dalamnya lalu
ia menjadi kota mati.
Uzair berpikir dalam
hatinya bahwa pohon-pohon di kebunnya pasti merasakan kehausan lalu ia
menetapkan untuk pergi memberinya minum. Hamba yang saleh dan salah
seorang
nabi dari Bani Israil ini pergi dari desanya. Matahari tampak masih baru
memasuki waktu siang. Uzair menunggang keledainya
dan memulai perjalanannya. Beliau
tetap berjalan hingga sampai di kebun. Beliau
mengetahui bahwa pohon-pohonnya tampak kehausan dan tanahnya tampak
terbelah dan kering. Uzair menyirami kebunya dan
ia memetik dari kebun itu buah tin (sebagian buah tin) dan mengambil
pohon anggur. Beliau meletakkan buah tin
di satu keranjang dan meletakkan buah
anggur di keranjang yang lain. Kemudian
ia kembali dari kebun sehingga keledai yang dibawanya berjalan di
tengah-tengah terik matahari.
Di tengah-tengah
perjalanan, Uzair berpikir tentang tugasya yang harus dilakukan
besok. Tugas pertama yang harus dilakukannya adalah mengeluarkan Taurat
dari
tempat persembunyiannya dan meletakkannya di tempat ibadah. Beliau
berpikir untuk membawa makanan dan memikirkan tentang anaknya yang
masih kecil, di mana beliau teringat
oleh senyumannya yang manis, dan beliau pun terus berjalan dan semakin
cepat. Beliau menginginkan keledainya untuk
berjalan lebih cepat.
Lalu Uzair
sampai di suatu kuburan. Udara panas saat itu semakin menyengat dan
keledai tampak
kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan
keringat yang tampak menyala karena tertimpa sinar matahari. Keledai itu
pun
mulai memperlambat langkahnya ketika sampai
di kuburan. Uzair berkata kepada dirinya: Mungkin aku lebih baik
berhenti sebentar untuk beristirahat,
dan aku akan mengistirahatkan
keledai. Lalu aku akan makan siang. Uzair turun dari keledainya di salah
satu kuburan yang rusak dan sepi. Semua desa
itu menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair mengeluarkan piring
yang dibawanya dan duduk di suatu naungan. Ia mengikat keledai di suatu
dinding, lalu ia mengeluarkan sebagian roti
kering dan menaruhnya di sampingnya. Selanjutnya, ia memeras di
piringnya anggur dan meletakkan roti yang
kering itu di bawah perasan anggur. Uzair menyandarkan punggungnya di
dinding
dan agak menjulurkan kakinya. Uzair menunggu sampai roti itu tidak
kering dan tidak keras. Kemudian Uzair mulai mengamati keadaan di
sekelilinginya dan tampak
keheningan dan kehancuran meliputi
tempat itu: rumah-rumah hancur berantakan dan tampak tiang-tiang pun
akan hancur, pohon-pohon sedikit saja terdapat di tempat itu yang tampak
akan mati
karena kehausan, tulang-tulang yang
mati yang dikuburkan di sana berubah menjadi tanah. Alhasil, keheningan
menyeliputi tempat itu. Uzair merasakan
betapa kerasnya kehancuran di situ dan ia bertanya dalam dirinya
sendiri: bagaimana Allah SWT menghidupkan semua ini setelah kematiannya?
"Bagaimana Allah menghidupkan hembali negm ini setelah hancur?"
Uzair
bertanya: bagaimana Allah SWT menghidupkan tulang-tulang ini setelah
kematiannya, di mana ia berubah menjadi sesuatu yang menyerupai tanah.
Uzair tidak meragukan bahwa Allah SWT mampu menghidupkan tulang-tulang ini,
tetapi ia mengatakan yang demikian itu karena rasa heran dan kekaguman.
Belum
lama Uzair mengatakan kalimatnya itu sehingga ia mati. Allah SWT mengutus
malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut sementara keledai yang dibawanya
masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya sudah tidak lagi berdaya. Keledai itu tetap di
tempatnya sehingga matahari tenggelam lalu
datanglah waktu Subuh. Keledai berusaha berpindah dari tempatnya tetapi
ia terikat. Ia pun masih ada di tempatnya
dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati kelaparan.
Kemudian penduduk
desa Uzair merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair di
kebunnya,
tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke desa dan
tidak menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok
untuk mencarinya. Akhirnya,
kelompok-kelompok ini mencari ke segala penjuru tetapi mereka tidak
menemukan Uzair dan tidak menemukan keledainya. Kelompok-kelompok ini
melewati kuburan
yang di situ Uzair meninggal, namun
mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahwa di tempat itu hanya diliputi
keheningan. Seandainya Uzair ada di sana niscaya mereka akan mendengar
suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini
sangat menakutkan bagi mereka, karena itu mereka tidak mencari di
dalamnya.
Lalu berlalulah hari demi hari, dan
orang-orang putus asa dari mencari Uzair,
dan anak-anaknya merasa bahwa mereka tidak akan melihat Uzair kedua
kalinya dan istrinya mengetahui bahwa Uzair tidak mampu lagi memelihara
anaknya dan
menuangkan rasa cintanya kepada
mereka sehingga istrinya itu menangis lama sekali.
Sesuai dengan
perjalanan waktu, maka air mata pun
menjadi kering dan penderitaan makin
berkurang. Akhirnya, manusia mulai melupakan Uzair dan mereka tetap
menjalankan
tugas mereka masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan
masyarakat mulai melupakan Uzair kecuali anaknya yang paling kecil dan
seorang wanita yang bekerja di rumah mereka di mana Uzair
sangat cinta kepadanya. Usia wanita
itu dua puluh tahun ketika Uzair keluar dari desa.
Berlalulah sepuluh
tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh tahun
sehingga
sampai satu abad penuh. Allah SWT berkehendak untuk membangkitkan
Uzair kembali. Allah
SWT mengutus seorang malaikat yang meletakkan cahaya pada hati Uzair
sehingga ia melihat bagaimana Allah SWT menghidupkan orang-orang mati.
Uzair telah mati selama
seratus tahun. Meskipun demikian, ia
dapat berubah dari tanah menjadi tulang, menjadi daging, dan kemudian
menjadi kulit. Allah SWT membangkitkan di
dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan
duduk di tempatnya dan memperhatikan dengan
kedua matanya apa yang terjadi di sekelilingnya.
Uzair bangun dari
kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa
yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia
mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke
desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari
bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu
Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur
sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah SWT membangunkannya dan
bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?"
Malaikat
bertanya kepadanya: "Berapa jam engkau tidur?" Uzair menjawab: "Saya
tinggal di sini sehari atau setengah hari." Malaikat vang mulia
itu berkata kepadanya: "Sebenarnya kamu tinggal di sini selama
seratus tahun lamanya. " Engkau tidur selama seratus tahun. Allah SWT
mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawaban
dari pertanyaannmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang
mati. Uzair merasakan keheranan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq
(Sang Pencipta). Malaikat berkata
sambil menunjuk makanan Uzair: "Lihatlah kepada makanan
dan minumanmu yang belum berubah."
Uzair melihat buah tin itu lalu ia
mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun
tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun
tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring
yang di situ ia memeras buah anggur
dan meletakkan di dalamnya roti yang kering,
dan ia mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun
masih tampak seperti semula, di mana
kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan
ketika dicampur dengan perasan anggur. Uzair merasakan keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun
terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahwa seakan-akan Uzair
masih belum percaya atas apa yang
dikatakannya. Karena itu, malaikat menunjuk keledainya sambil berkata: "Dan lihatlah kepada keledaimu itu
(yang telah menjadi
tulang-belulang)."
Uzair pun
melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari
tulang-tulang
keledainya. Malaikat berkata kepadanya:
"Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah SWT membangkitkan
orang-orang
yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ
terletak keledaimu." Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keledai
itu
lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai
berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang.
Malaikat
memerintakan otot-otot syaraf daging
untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keledai.
Sementara itu, Uzair memperhatikan semua proses
itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan
rambut.
Alhasil, keledai
itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh
keledai itu kembali kepadanya dan keledai
pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair
menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah SWT
tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah SWT
yang berupa kebangkitan orang-orang yang
mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di
depannya, Uzair berkata: "Saya
yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Uzair bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah SWT
berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya
kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas
kebenaran kebangkitan dan
hari kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya
melihat perubahan yang terjadi di desanya di
mana rumah-rumah dan jalan-jalan
sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak
seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak
mengenali mereka. Uzair
meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali
kepadanya
dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani
waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah
telah hancur dan jalan-jalan pun
telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.
Uzair berkata dalam
dirinya: Aku akan mencari seorang lelaki tua atau perempuan tua yang masih mengingat aku. Uzair
terus mencari sehingga ia menemukan pembantunya yang ditinggalnya saat berusia
dua puluh tahun. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot
dan giginya sudah ompong dan matanya sudah lemah.
Uzair bertanya kepadanya: "Wahai perempuan yang baik, di mana rumah Uzair."
Wanita itu menangis dan berkata: "Tak seorang pun vang mengingatnya. Ia telah keluar sejak seratus tahun
dan tidak kembali lagi. Semoga Allah
SWT merahmatinya." Uzair berkata kepada wanita itu: "Sungguh
aku adalah Uzair. Tidakkah engkau mengenal
aku? Allah SWT telah mematikan aku selama seratus tahun dan telah membangkitkan aku dari kematian." wanita
itu keheranan dan tidak mempercayai omongan itu. Wanita itu berkata:
"Uzair adalah seseorang yang doanya dikabulkan. Kalau kamu memang Uzair, maka berdoalah kepada Allah SWT agar aku
dapat melihat sehingga aku dapat berjalan dan mengenalmu."
Lalu Uzair
berdoa untuk wanita itu sehingga
Allah SWT mengembalikan penglihatan matanya
dan kekuatannya. Wanita itu pun mengenali Uzair. Lalu ia segera berlari
di negeri itu dan berteriak: "Sungguh Uzair telah kembali." Mendengar teriakan wanita itu, masyarakat bingung dan merasa
heran. Mereka mengira bahwa wanita itu telah gila.
Kemudian
diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang pandai dan para ulama.
Dalam majelis itu juga dihadiri oleh cucu Uzair di mana ayahnya telah
meninggal dan si cucu itu telah berusia tujuh puluh tahun sedangkan kakeknya,
Uzair, masih berusia empat puluh tahun. Di majelis itu mereka
rnendengarkan kisah Uzair lalu mereka tidak mengetahui apakah mereka akan
mempercayainya atau mengingkarinya. Salah seorang yang pandai bertanya
kepada Uzair: "Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan kakek-kakek kami bahwa Uzair adalah seorang
Nabi dan ia mampu menghafal Taurat. Sungguh
Taurat telah hilang dari kita dalam peperangan Bukhtunnashr di mana mereka membakarnya dan membunuh para ulama dan para
pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu yang engkau
katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau
tidur. Seandainya engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa
engkau adalah Uzair."
Uzair mengetahui
bahwa tak seorang pun dari Bani Israil yang mampu menghafal
Taurat. Uzair telah menyembunyikan Taurat itu dari usaha musuh untuk
menghancurkannya. Uzair duduk di bawah naungan pohon sedangkan Bani Israil
berada di sekitarnya. Lalu Uzair menghapusnya huruf demi huruf sampai selesai
lalu ia berkata dalam dirinya: Aku sekarang akan mengeluarkan Taurat yang telah
aku simpan.
Uzair pergi ke suatu tempat lalu ia mengeluarkan Taurat di mana
kertas yang terisi Taurat itu telah rusak. Ia mengetahui mengapa
Allah SWT mematikannya selama seratus tahun dan membangkitkannya kembali.
Kemudian tersebarlah berita tentang mukjizat Uzair di tengah-tengah Bani
Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya. Sebagian
kaumnya
mengklaim bahwa Uzair adalah anak Allah. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair adalah anak
Allah.'" (QS. al-Baqarah: 30)
Mula-mula mereka
membandingkan antara Musa dan Uzair dan mereka berkata: "Musa tidak mampu
mendatangkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair mampu mendatangkannya tanpa melalui kitab." Setelah
perbandingan yang salah ini, mereka
menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menisbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak
benar. Mereka mengklaim bahwa dia
adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah dari semua itu:
"Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci
Dia." (QS. Maryam: 35)
No comments:
Post a Comment