Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas sifat keras kepala dari Bani Israel atau Yahudi. Mereka suka berdebat kusir. Walau sudah diberitahukan kebenaran yang mereka ketahui, mereka tetap saja ngeyel. Contoh yang lain misalnya mereka mengatakan bahwa surga hanya untuk mereka, tetapi ketika diminta untuk berdoa supaya mati, tentu saja mereka tidak mau. Kalau perlu hidup 1.000 tahun, padahal 1.000 tahun itu juga ada akhirnya.
Kalau memang surga hanya untuk mereka mengapa tidak menginginkan kematian saja? Bukankah setelah itu kehidupan mereka tidak sempit lagi? Bukankah setelah mati akan beroleh kenikmatan kekal? Faktanya ditantang dengan hal ini mereka tidak mau.
Kisah ini ada dalam sepenggalan QS Al Baqarah ayat 94 sd 96 berikut ini
94. Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga)
itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah
[75] kematian(mu), jika kamu memang benar.
95. Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu
selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh
tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang
yang aniaya.
96. Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba
kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang
musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun,
padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada
siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Ada lagi sebuah kisah sejarah yang menarik terkait dengan kharakter Yahudi yang memang bebal ini. Yakni ketika mereka beriman kepada Malaikat Mikail dan Mendustakan Jibril. Kisah ini ada dalam QS Al Baqarah ayat 97 berikut ini,
Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu
telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah;
membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta
berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS Al Baqarah ayat 97)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh Bukhari, dari Anas,
katanya Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Rasulullah saw. ketika
ia sedang berada di kebunnya memetik buah. Lalu didatanginya Nabi saw.
katanya, "Saya akan menanyakan kepada Anda tiga perkara yang hanya
diketahui oleh seorang Nabi, yaitu: Apakah tanda yang pertama dari
datangnya kiamat, apa makanan yang pertama bagi penghuni surga dan apa
pula yang menyebabkan seorang anak itu mirip kepada bapak atau ibunya?
Rasulullah saw. menjawab, 'Hal itu diberitakan kepada saya baru-baru ini
oleh Jibril.' 'Oleh Jibril?' tanya Abdullah. 'Benar', jawab Nabi.
Itulah dia musuh orang-orang Yahudi dan golongan malaikat!" Maka Nabi
pun membacakan ayat ini, Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh
Jibril, maka Jibril itulah yang telah menurunkannya (Alquran) dalam
hatimu." Berkata Syaikhul Islam, Ibnu Hajar dalam kitab Fat-hul Bari,
"Pada lahirnya, konteks ayat menunjukkan bahwa Nabi saw. membaca ayat
itu sebagai sanggahan terhadap orang-orang Yahudi dan ini tidak mesti
bahwa turunnya adalah pada waktu tersebut. Katanya lagi, 'Inilah yang
lebih kuat karena mengenai sebab turunnya ayat ini ada kisah yang sah
selain dari kisah Abdullah bin Salam.'" Diketengahkan oleh Ahmad,
Tirmizi dan Nasai dari jalur Bakr bin Syihab, dari Said bin Jubair dari
Ibnu Abbas, katanya, "Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah, kata
mereka, 'Wahai Abu Qasim! Kami menanyakan kepada Anda lima perkara,
sekiranya Anda dapat menjawabnya, yakinlah kami bahwa Anda seorang
Nabi', maka disebutnyalah hadis tersebut, yang di antaranya ialah bahwa
mereka menanyakan kepadanya tentang apa-apa yang diharamkan oleh Bani
Israel terhadap diri mereka, tentang tanda kenabian, tentang petir dan
bunyi gemuruhnya, mengenai siapa yang menyampaikan kepadanya berita dari
langit, sampai-sampai mereka menanyakan, 'Ceritakanlah kepada kami
siapa sahabat Anda!' Jawab Nabi saw., 'Jibril.' Kata mereka, 'Jibril?
Itulah yang menyalakan peperangan dan pertempuran serta siksaan dan
musuh kami. Seandainya Anda menyebutkan Mikail yang menurunkan rahmat,
hujan, dan tumbuh-tumbuhan, maka tentulah akan lebih baik!' Maka
turunlah ayat tersebut." Diketengahkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam
Musnadnya dan Ibnu Jarir dari jalur Sya`bi bahwa Umar biasa mendatangi
orang-orang Yahudi lalu mereka memperdengarkan Taurat. Ia amat heran
karena Taurat itu membenarkan isi Alquran. Katanya, "Kebetulan Nabi saw.
lewat di depan mereka, maka kata saya, 'Atas nama Allah saya bertanya
kepada kamu, tahukah kamu bahwa dia itu Rasulullah?' Jawab seorang alim
di antara mereka, 'Memang, kami tahu bahwa ia Rasulullah.' Kata saya,
'Kenapa kamu tidak ikuti dia?' Jawab mereka, 'Pernah kami tanyakan
kepadanya siapa yang menyampaikan kepadanya kenabiannya, maka
disebutkannya Jibril, musuh kami disebabkan dialah yang menurunkan
kekerasan, kekasaran, peperangan dan malapetaka.' Kata saya pula,
'Siapakah rasul-rasul kamu dari kalangan malaikat?' Jawab mereka,
'Mikail, yakni yang menurunkan hujan dan rahmat!' Tanya saya lagi,
'Bagaimana kedudukan keduanya di sisi Tuhannya?' Jawab mereka, 'Yang
satu di sebelah kanan-Nya sedang yang satu lagi di samping kiri-Nya.'
Kata saya, 'Tidak diperbolehkan Jibril memusuhi Mikail dan tidak boleh
pula Mikail berbaikan dengan musuh Jibril dan sungguh saya bersaksi
bahwa kedua malaikat dari Tuhannya bersikap damai kepada orang-orang
yang berdamai kepadanya dan memaklumkan perang kepada orang-orang
berperang kepadanya. Kemudian saya datang kepada Nabi saw dengan maksud
untuk menyampaikan kepadanya hal tersebut. Ketika bertemu, tanyanya
kepada saya, 'Maukah kamu saya sampaikan ayat-ayat yang baru saja
diturunkan kepada saya?' Tentu, wahai Rasulullah', jawab saya. Maka
dibacanya, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril ..' sampai dengan
'... maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.' (Q.S.
Al-Baqarah 97-98). Lalu kataku, 'Wahai Rasulullah! Demi Allah, tidaklah
aku bangkit meninggalkan orang-orang Yahudi hanyalah untuk mendapatkan
Anda guna menyampaikan dialog antara aku dengan mereka. Kiranya aku
dapati Allah telah mendahului saya.'" Isnadnya sampai kepada Sya`by
adalah sah, hanya Sya`by ini tidak pernah bertemu dengan Umar. Riwayat
ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Hatim, dari jalur
yang lain yang bersumber dari Sya`by. Juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir
dari jalur Sadiy dari Umar, begitu pula dari jalur Qatadah dan dari Umar
dan kedua riwayat tersebut juga munqathi' (terputus). Diketengahkan
oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur lain, dari Abdurrahman bin Abu Lailay
bahwa seorang Yahudi menemui Umar bin Khathab, lalu katanya
"Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh sahabatmu itu adalah musuh
kami." Maka jawab Umar, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, musuh
malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka
sesungguhnya Allah menjadi musuhnya." Katanya, "Maka ayat ini turun
mengikuti gaya bahasa Umar." Demikianlah jalur-jalur ini, sebagian
menguatkan lainnya, bahkan Ibnu Jarir menyampaikan adanya ijmak bahwa
demikian itulah yang menjadi Asbabun Nuzul.
Kemudian dilanjutkan dengan QS Al Baqarah ayat 98
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya,
rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh
orang-orang kafir. (QS Al Baqarah ayat 98)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam
Musnadnya dan Ibnu Jarir dari jalur Sya`bi bahwa Umar biasa mendatangi
orang-orang Yahudi lalu mereka memperdengarkan Taurat. Ia amat heran
karena Taurat itu membenarkan isi Alquran. Katanya, "Kebetulan Nabi saw.
lewat di depan mereka, maka kata saya, 'Atas nama Allah saya bertanya
kepada kamu, tahukah kamu bahwa dia itu Rasulullah?' Jawab seorang alim
di antara mereka, 'Memang, kami tahu bahwa ia Rasulullah.' Kata saya,
'Kenapa kamu tidak ikuti dia?' Jawab mereka, 'Pernah kami tanyakan
kepadanya siapa yang menyampaikan kepadanya kenabiannya, maka
disebutkannya Jibril, musuh kami disebabkan dialah yang menurunkan
kekerasan, kekasaran, peperangan dan malapetaka.' Kata saya pula,
'Siapakah rasul-rasul kamu dari kalangan malaikat?' Jawab mereka,
'Mikail, yakni yang menurunkan hujan dan rahmat!' Tanya saya lagi,
'Bagaimana kedudukan keduanya di sisi Tuhannya?' Jawab mereka, 'Yang
satu di sebelah kanan-Nya sedang yang satu lagi di samping kiri-Nya.'
Kata saya, 'Tidak diperbolehkan Jibril memusuhi Mikail dan tidak boleh
pula Mikail berbaikan dengan musuh Jibril dan sungguh saya bersaksi
bahwa kedua malaikat dari Tuhannya bersikap damai kepada orang-orang
yang berdamai kepadanya dan memaklumkan perang kepada orang-orang
berperang kepadanya. Kemudian saya datang kepada Nabi saw dengan maksud
untuk menyampaikan kepadanya hal tersebut. Ketika bertemu, tanyanya
kepada saya, 'Maukah kamu saya sampaikan ayat-ayat yang baru saja
diturunkan kepada saya?' Tentu, wahai Rasulullah', jawab saya. Maka
dibacanya, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril ..' sampai dengan
'... maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.' (Q.S.
Al-Baqarah 97-98). Lalu kataku, 'Wahai Rasulullah! Demi Allah, tidaklah
aku bangkit meninggalkan orang-orang Yahudi hanyalah untuk mendapatkan
Anda guna menyampaikan dialog antara aku dengan mereka. Kiranya aku
dapati Allah telah mendahului saya.'" Isnadnya sampai kepada Sya`by
adalah sah, hanya Sya`by ini tidak pernah bertemu dengan Umar. Riwayat
ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Hatim, dari jalur
yang lain yang bersumber dari Sya`by. Juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir
dari jalur Sadiy dari Umar, begitu pula dari jalur Qatadah dan dari Umar
dan kedua riwayat tersebut juga munqathi' (terputus). Diketengahkan
oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur lain, dari Abdurrahman bin Abu Lailay
bahwa seorang Yahudi menemui Umar bin Khathab, lalu katanya
"Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh sahabatmu itu adalah musuh
kami." Maka jawab Umar, "Barang siapa yang menjadi musuh Allah, musuh
malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka
sesungguhnya Allah menjadi musuhnya." Katanya, "Maka ayat ini turun
mengikuti gaya bahasa Umar." Demikianlah jalur-jalur ini, sebagian
menguatkan lainnya, bahkan Ibnu Jarir menyampaikan adanya ijmak bahwa
demikian itulah yang menjadi Asbabun Nuzul.
Dalam ayat selanjutnya menceritakan tentang pengingkaran Yahudi kepada kenabian Rosulullah saw. Ini sudah biasa sebagaimana dahulunya mereka juga suka mengingkari apa yang jelas-jelas diturunkan untuk mereka. Bahkan mereka mendustakan dan membunuh Nabi-Nabi tanpa alasan yang jelas.
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang
jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang
fasik. (QS Al Baqarah ayat 99)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari jalur
Said atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya, Ibnu Shuriya mengatakan
kepada Nabi saw., "Hai Muhammad! Tidak suatu pun yang kamu bawa itu yang
kami kenali dan tidak suatu ayat yang jelas pun yang diturunkan Allah
kepadamu!" Maka Allah pun menurunkan mengenai hal itu, "Dan sungguhnya
telah kami turunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas..." sampai akhir ayat.
(Q.S. Al-Baqarah 99).
Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali
mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebagian
besar dari mereka tidak beriman. (QS Al Baqarah ayat 100)
SEBAB TURUNNYA AYAT: Malik Ibnu Shaif (seorang Yahudi) mengatakan
ketika Nabi saw. dibangkitkan lalu menyebutkan perjanjian-perjanjian
Allah yang dibebankan kepada mereka dan juga janji-Nya kepada mereka
tentang Nabi Muhammad, "Demi Allah, Dia tidak menjanjikan apa-apa
tentang Muhammad dan Dia tidak mengambil perjanjian apa pun terhadap
kami." Lalu Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Patutkah (mereka ingkar
kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji..."
hingga akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 100).
No comments:
Post a Comment