Hidup ini khan ujian. Sebagaimana tes sekolah atau ujian sekolah. Pas ujian buku semua ditutup/ close book. Tidak ada yang boleh mencontek. Kalau ketahuan mencontek akan dikeluarkan dari ujian dan nilainya jeblok.
Sebagaimana ujian sekolah, diawasi oleh seorang guru. Guru boleh melihat-lihat apapun yang dikerjakan oleh murid-muridnya. Guru mengetahui apakah muridnya si A benar ketika mengerjakan soal nomor 1 atau salah. Demikian juga murid yang lain.
Kalau mau si Guru bisa saja mengatakan begini
"Jawaban nomor 1 salah tuh, seharusnya bla bla bla...."
Guru bisa saja mengatakan sewaktu ujian sebuah jawaban yang benar. Namun namanya ujian ya ujian. Guru menahan diri untuk membocorkan jawabannya. Ketika ujian selesai barulah sang guru menilai, siapa2 yang lulus dan siapa-siapa yang tidak lulus.
Analogi ini untuk menyikapi hidup di dunia ini, bahwa hidup ini dalam semua fasenya adalah ujian. Ada yang beriman, ada yang setengah2, ada yang mempersekutukan_Nya. Kalau Allah menghendaki maka DIA sangat Mampu untuk
> Menjadikan manusia 1 ummat saja
> Menjadikan seluruh manusia beriman
> dsb
Namun kalau demikian dimanakah ujiannya. Kalau didunia ini semua manusia dijadikan beriman semuanya, maka nggak akan ada gunanya ujian hidup.
Hidup ini tes atau ujian. Semua akan terbuka dengan sangat jelas ketika selesai ujian yakni saat hari penilaian/ pengadilan.
Allah swt berfirman,
Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada
Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS Al An'Am: 106)
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak
mempersekutukan(Nya). Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi
mereka; dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka. (QS Al An'am: 107)
Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment