17.5.15

Islam Agama Pembunuh, benarkah? Bag. 1

Banyak kaum pendengki yang mengatakan bahwa Islam adalah agama pembunuh. Mereka melihat sebuah kasus atau berita pembunuhan dimana pelaku adalah orang Islam. Lalu hal ini dijadikan hujjah untuk mengesahkan bahwa agama Islam memang agama pembunuh. Benarkah demikian?

Sebuah ajaran tidak bisa dinilai dari penganutnya, oleh karena itu harus melihat isi ajaran tersebut. Dalam hal ini benarkah kitab suci agama Islam yakni Al Qur'an memang mengesahkan pembunuhan terhadap orang lain?

Allah swt berfirman,




Dan tidak layak bagi seorang mu'min membunuh seorang mu'min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mu'min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nisaa': 92)

Keterangan:
  • Membunuh karena tersalah/ tidak sengaja contohnya seperti : menembak burung terkena seorang mu'min.
  • "Diat" ialah pembayaran sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan.
  • Bersedekah di sini maksudnya : membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat. 
  • "Barang siapa yang tidak memperolehnya" Maksudnya : tidak mempunyai hamba; tidak memperoleh hamba sahaya yang beriman atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan. Menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari pembayaran diat dan memerdekakan hamba sahaya.

SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan dari Ikrimah, katanya, "Harits bin Yazid dari Bani Amir bin Luai bersama Abu Jahal menyiksa Iyasy bin Abu Rabiah. Kemudian Harits ini pergi berhijrah kepada Nabi saw. Ia bertemu dengan Iyasy di Harrah kemudian Iyasy menghunus pedangnya karena menduga bahwa Harits masih kafir lalu datanglah Nabi saw. menceritakan keadaan sebenarnya, maka turunlah ayat, 'Tidak sepatutnya seorang mukmin membunuh seorang mukmin lainnya kecuali karena bersalah...'sampai akhir ayat." (Q.S. An-Nisa 92). Dan dikeluarkannya pula yang sama dengan itu dari Mujahid dan Suda. Diketengahkan pula oleh Ibnu Ishak, Abu Ya`la dan Harits bin Abu Usamah dan Abu Muslim Al-Kajji dari Qasim bin Muhammad yang serupa dengan itu, sementara Ibnu Abu Hatim mengeluarkannya pula dan jalur Said bin Jubair dari Ibnu Abbas.

Kesimpulannya adalah, TIDAK BOLEH membunuh orang lain kecuali karena tidak sengaja. Meskipun tidak sengaja tetap si pembunuh harus membayar diat yang diserahkan kepada keluarga korban.



No comments:

Post a Comment