9.6.15

Keajaiban Tawakal Kepada Allah swt

Tawakal, apa sih makna tawakal itu? Tawakal bahasa kita-kita adalah menyerahkan sepenuhnya segala kejadian kepada Allah swt. Terserah Allah saja, maksudnya begitu. Tetapi tentu saja harus bekerja maksimal dahulu baru tawakal, alias bukan hanya ongkang-ongkang kaki, itu namanya malas :)

Ada banyak keajaiban dalam tawakal misalnya dicukupkan rezekinya atau diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Salah satu keajaiban tawakal adalah adanya perlindungan langsung dari Allah swt terhadap marabahaya yang mengancam kita.

Misalnya kita lagi dijalan lalu ada orang yang tdak bertanggung jawab hendak merampok, atau memperkosa. Pada saat itulah kita latihan bertawakal kepada Allah swt, ketika usaha maksimal nampaknya tidak menemukan titik terang. Sudah tidak ada jalan keluar lalu pasrah diri kepada_Nya dengan harapan turun pertolongan Tuhan. Insya Allah akan ada keajaiban dalam hal ini.

Namun sekali lagi tentunya kita harus paham betul makna tawakal yang sesungguhnya, bukan yang selama ini kita pahami yang kadangkala bisa saja salah. Oleh karena itu teruslah belajar dan belajar.

Atau misalnya istri kita mau lahiran lalu kekurangan dana, namun tidak bergeming untuk meminta tolong kepada manusia. Tawakal sajalah.. begitu kurang lebih. Insya Allah tangan manusia akan digerakkan untuk membantu kita, atau keajaiban lain terserah Allah swt.

Ada banyak kejadian yang memberikan pengajaran kepada kita untuk bertawakal, namun nyatanya tingkat ketawakalan kita masih perlu banyak dibenahi. Kita masih mudah melirik kanan dan kiri ketika ada masalah. Entah itu melirik teman, sahabat, keluarga, bank, rentenir dan lain sebagainya. Sedangkan tawakal salah satunya tidak bergeming didalam menunggu pertolongan Tuhan YME.

Allah swt berfirman,



Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan ni'mat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mu'min itu harus bertawakkal. (QS Al Maidah: 11)

SEBAB TURUNNYA AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan dari Ikrimah dan Yazid bin Abu Ziyad, sedangkan lafal hadis adalah kepunyaannya (Ibnu Jarir). Dikisahkan dalam hadis ini bahwa tatkala Nabi saw. keluar ditemani oleh Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Thalhah dan Abdurrahman bin Auf hingga mereka sampai kepada Kaab bin Asyraf dan orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Nabi saw. meminta bantuan mereka tentang aqilah yang menjadi tanggungannya. Kemudian mereka berkata, "Baiklah silakan duduk terlebih dahulu, kami akan menjamu engkau, kemudian kami akan mengabulkan apa yang engkau pinta." Kemudian Nabi saw. duduk; akan tetapi Hay bin Akhtab berkata kepada para sahabatnya, "Sekarang kamu belum pernah melihat Nabi lebih dekat dari kali ini, nah sekarang lemparilah dia dengan batu dan bunuhlah ia, maka kamu tidak akan melihat kejahatan untuk selamanya." Kemudian mereka mengambil sebuah batu lumpang yang besar untuk mereka lemparkan kepada beliau, akan tetapi Allah melumpuhkan tangan mereka sehingga tidak bisa mengangkat batu lumpang itu hingga malaikat Jibril datang dan membawa Nabi saw. dari tempat itu. Setelah itu turunlah ayat, "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak memanjangkan tangannya kepadamu..." (Q.S. Al-Maidah 11) Hadis serupa diketengahkan dari jalur Abdullah bin Abu Bakar, Ashim bin Umair bin Qatadah, Mujahid, Abdullah bin Katsir dan Abu Malik. Diketengahkan pula dari Qatadah yang pernah bercerita, telah sampai suatu berita kepada kami, "Ayat ini diturunkan sewaktu Rasulullah saw. berada di dalam kebun kurma dalam perang yang ketujuh. Kemudian Bani Tsa'labah dan Bani Muharib yang telah lama bermaksud ingin membunuh Nabi saw. segera mengutus seorang badui. Orang itu disuruh untuk membunuh Nabi saw. sewaktu beliau sedang tidur-tiduran di salah satu rumah. Sesampainya orang itu kepada Nabi saw., ia segera mengambil pedangnya seraya berkata, 'Siapakah yang menghalang-halangiku darimu?' Nabi menjawab, 'Hanya Allah yang bisa.' Lalu pedang itu terjatuh dari tangannya, akan tetapi Nabi tidak membalasnya. Abu Nu'aim mengetengahkan sebuah hadis dalam kitabnya Dalaailun Nubuwwah (mukjizat-mukjizat kenabian) dari jalur periwayatan Hasan dari Jabir bin Abdullah, bahwa ada seseorang lelaki dari kalangan Bani Muharib yang dikenal dengan nama Ghaurats bin Harits, berkata kepada kaumnya, 'Aku akan membunuh Muhammad demi kamu sekalian.' Kemudian ia datang menemui Rasulullah saw. yang pada waktu itu sedang duduk-duduk sedangkan pedang beliau berada di pangkuan. Lalu Ghaurats bertanya, 'Hai Muhammad! Lihatlah pedangmu ini!' Nabi saw. menjawab, 'Ya.' Ia mengambil pedang itu lalu menghunusnya dan langsung mengayunkannya dengan maksud untuk memukulkannya kepada Nabi saw. akan tetapi Allah swt. menggagalkan maksudnya itu. Ghaurats berkata, 'Hai Muhammad! Apakah engkau tidak takut kepadaku?' Nabi menjawab, 'Tidak.' Ghaurats kembali bertanya, 'Tidakkah engkau takut kepadaku sedangkan pedang berada di tanganku?' Nabi saw. menjawab, 'Allah tidak akan mencegahku untuk membunuhmu.' Kemudian Ghaurats menyarungkan pedang itu dan memberikannya kepada Nabi saw., lalu turunlah ayat ini."



No comments:

Post a Comment