Semua sikap mental diatas adalah tugas kita sebagai manusia dimana semua dibingkai dalam sebuah harapan akan pertolongan Tuhan. Allah swt akan memberikan pertolongan hanya bagi mereka yang mau bekerja dengan keras dalam bingkai kesabaran tingkat tinggi. Dan balasan dari kesabaran selalu saja keberuntungan.
Biasanya pada titik nadzir maka pertolongan Tuhan datang. Pada titik kulminasi dimana seolah-olah tidak ada jalan keluar, namun kita tetap saja maintain keyakinan bahwa pasti ada jalan keluar sepanjang berusaha dan percaya bahwa Allah akan mengurai ketidak mungkinan tersebut.
Kita bisa mengenang kesabaran dari Nabi Ibrahim as yang nyaris saja menyembelih anaknya Nabi Ismail as. Beliau sudah siap dengan parang tajam yang menempel dileher anaknya. Lalu ketika parang itu hendak memenggal leher maka turunlah perintah Allah swt. Maka datanglah kasih sayang Allah swt dan disuruh menggantinya dengan kambing gibas.
Kisah Nabi Ibrahim as diatas menjadi renungan untuk kita, sudahkah kita maintain kesabaran apapun kondisi yang terjadi? Bagaimanapun buruknya kemungkinan yang terjadi, sudahkah kita yakin bahwa Allah akan membalas kesabaran kita dengan keberuntungan?
Ini perlu latihan, ini perlu keimanan. Karena biasanya dalam kondisi nadzir kita mudah sekali goyah. Biasanya kita paling fasih bicara kesabaran, namun tatkala takdir menuntut kita sabar, maka pada titik tertentu hilanglah kesabaran, pudarlah keimanan.
Allah swt berfirman

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS Ali Imran: 200)
Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment