27.7.16

Keajaiban Memaafkan dan Menjadi Pribadi Pemaaf

Menjadi pribadi pemaaf tidak mudah. Perlu perjuangan mengalahkan ego dalam jiwa. Apalagi kita di posisi bener, maka kata maaf akan sulit sekali keluar.Padahal kalau kita mau memaafkan dalam kondisi apapun, akan banyak sekali manfaat dan fadhilah untuk diri kita sendiri.

Dikutip dari Hidayatullah.com sbb.

Peneliti dari University of California, San Diego tahun 2012 menemukan orang-orang yang bisa melepaskan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang lain cenderung lebih rendah risikonya mengalami lonjakan tekanan darah.

Peneliti meminta lebih dari 200 relawan untuk memikirkan saat temannya menyinggung perasaan. Setengah dari kelompok diperintahkan untuk berpikir mengapa hal tersebut bisa membuatnya marah, sedangkan yang lainnya didorong untuk memaafkan kesalahan tersebut.

Sebelumnya, sebuah jurnal ilmiah Explore (Mei 2005, Vol.1, No. 3) menurunkan tulisan Worthington Jr, pakar psikologi di Virginia Commonwealth University, AS. Worthington meneliti hubungan antara memaafkan dan kesehatan.

Bukti menunjukkan, sikap memaafkan mendatangkan manfaat kesehatan, baik yang memaafkan maupun yang dimaafkan. Dengan menggunakan tekonologi canggih, terungkap perbedaan pola gambar otak orang pemaaf dan yang tidak memaafkan.

Ternyata, orang yang tidak memaafkan terkait erat dengan sikap marah. Pada orang seperti ini, berdampak pada penurunan fungsi kekebalan tubuh. Mereka yang tak suka memberi maaf, aktivitas otaknya sama dengan orang yang sedang stres, marah, dan agresif.

Ada ketidaksamaan aktivitas hormon dalam darah si pemaaf dibandingkan darah si pendendam (si pemarah). Pola hormon dan komposisi zat kimia dalam darah orang yang tidak memaafkan bersesuaian dengan pola hormon emosi negatif yang terkait dengan keadaan stres. Sikap tidak memaafkan cenderung membuat kekentalan darah lebih tinggi. Itu yang membuat dampak buruk pada kesehatan. Misalnya, pada raut wajah, dan detak jantung.

Sikap tidak memaafkan juga menyebabkan otot alis mata tegang dan daya hantar kulit lebih tinggi, demikian juga tekanan darah. Sebaliknya, sikap memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung dan pembuluh darah.

Sementara itu, rasa dendam justru mempengaruhi sistem kardiovaskular dan saraf. Dalam sebuah penelitian, orang yang fokus pada dendam pribadi, memiliki tekanan darah dan detak jantung, dan peningkatan ketegangan otot. Hal ini ditambah dengan perasaan menjadi kurang terkendali. Namun ketika seseorang berhasil memaafkan orang yang telah menyakiti mereka, banyak dari mereka justru mengatakan merasa lebih positif dan terlihat lebih tenang dan santai.

“Memaafkan orang-orang yang menyakiti Anda dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik Anda,” demikian kutip artikel yang dimuat di Harvard Women’s Health Watch, bulan Januari 2005.

Harvard Women’s Health Watch membahas berikut 5 dampak kesehatan yang positif dari perilaku memaafkan yang telah dipelajari secara ilmiah:

Pertama, mengurangi stress 

Para peneliti menemukan bahwa perasaan dendam menempatkan tubuh Anda melalui strain yang sama sebagai peristiwa gangguan stres paling utama: Otot tegang, tekanan darah meningkat dan keringat meningkat.

Kedua, kesehatan Jantung lebih baik 

Satu studi menemukan hubungan antara seseorang memaafkan dan peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan penurunan beban kerja untuk jantung.

Ketiga, hubungan yang lebih kuat 

Studi tahun 2004 menunjukkan bahwa perempuan yang mampu memaafkan pasangan mereka dan merasa baik hati terhadap mereka bisa menyelesaikan konflik secara lebih efektif.

Keempat, mengurangi rasa sakit 

Sebuah studi kecil pada orang dengan sakit punggung kronis menemukan bahwa orang-orang yang berlatih meditasi yang berfokus pada menekan kemarahan bisa mengurangi rasa nyeri.

Memiliki hati yang mampu memaafkan dapat menurunkan baik emosional dan rasa sakit pada fisik, demikian menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duke University Medical Center.

Kelima, lebih sehat

Ketika Anda memaafkan seseorang, akan membuat diri Anda lebih bahagia. Salah satu survey menunjukan bahwa orang yang berbicara tentang memaafkan selama sesi psikoterapi mengalami peningkatan yang lebih besar disbanding mereka yang tidak.

Allah swt berfirman


Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS: Al-A'raf Ayat: 199)

Wallahu A'lam





No comments:

Post a Comment